Mantan Menkes Siti Fadilah Bongkar Rahasia Covid-19 Varian Omicron Tidak Berbahaya, Ini Kata Pakar

- 21 Desember 2021, 16:28 WIB
Mantan Menteri Kesehatan (Menkes) RI, Siti Fadilah Supari kembali menjadi sorotan hal ini karena mengomentari varian Covid-19 Omicron
Mantan Menteri Kesehatan (Menkes) RI, Siti Fadilah Supari kembali menjadi sorotan hal ini karena mengomentari varian Covid-19 Omicron /pixabay/

INFOSEMARANGRAYA.COM - Mantan Menteri Kesehatan (Menkes) RI, Siti Fadilah Supari kembali menjadi sorotan.

Pasalnya, baru-baru ini ia mengomentari kemunculan varian Omicron melalui video yang dipublikasikan di kanal YouTube Realita TV.

Dalam video yang telah tayang dua pekan lalu ini, Siti menyebut varian Omicron yang pertama kali teridentifikasi di Afrika Selatan ini terlalu dibesar-besarkan, dan hanya membuat masyarakat ketakutan.

Baca Juga: Perlu Diingat, Ini Syarat Perjalanan di Masa Liburan Nataru

"Omicron itu karena mutasi dari sedikit protein, tetapi strain-nya tetap yang lama, yang berubah sifatnya adalah yang ada di ujung protein itu. Nah, kemudian didramatisasi gitu kayaknya, (sampai dikatakan) mati lo kalau kena Omicron," ujarnya.

Di samping itu, Siti juga mengatakan jika virus mudah menyebar, maka dampak yang ditimbulkan akan semakin ringan.

"Sifat virus memang begitu, kalau cepat menular seperti flu keganasannya rendah. Tetapi kalau semakin ganas, dia semakin sulit untuk menular," demikian kata Siti dalam keterangannya.

Baca Juga: Syarat Mudik Nataru Terbaru, untuk Bus AKAP dan Mobil Pribadi

Lantas, benarkan varian Omicron tidak berbahaya seperti dikatakan mantan Menkes Siti Fadilah?

Dosen program magister biomedik di Universitas Yarsi, Ahmad Rusdan Handoyo Utomo angkat bicara mengenai pernyataan Siti tersebut.

"Kita harus mendefinisikan dulu berbahaya maknanya apa, pada siapa, dan bagaimana mekanismenya. Faktanya, memang omicron ini menularnya cepat, kalo kita bilang berbahaya ini kita berbicara berbahaya terhadap orang yang seperti apa karena virus Omicron ini kan masih virus corona yang sama," kata Ahmad.

Baca Juga: Syarat Perjalanan Darat, Laut, Udara Terbaru Selama Nataru Desember 2021, Simak Peraturan Selengkapnya!

Menurut dia, karena varian Omicron berasal dari virus yang sama, artinya risiko atau dampak jangka panjang akibat infeksi virus pun cenderung sama.

"Kata tidak berbahaya ini hati-hati ya, karena komunikasi publik perlu detail jangan sampe justru membuat orang akhirnya abai prokes (protokol kesehatan), itu yang harus kita waspadai," tutur Ahmad.

Lebih lanjut, menanggapi pernyataan mantan Menkes Siti Fadilah, Ahmad berkata, bahwa masyarakat harus tetap waspada terhadap lonjakan kasus Covid-19, termasuk akibat varian Omicron. 

Baca Juga: Pengumuman PPPK Guru 2021 Tahap 2, Cek Status Namamu Melalui Link Berikut!

Di sisi lain, dia mengungkapkan sejauh ini belum ada data yang menunjukkan bahwa varian Omicron 'lebih ringan' dibandingkan varian virus corona sebelumnya.

"Kita harus tahu juga bahwa kita sekarang hidup di era vaksinasi di mana cukup banyak kota-kota besar yang (warganya) sudah divaksinasi. Akan tetapi, cakupannya, kan, tidak (belum) 100 persen, masih ada sebagian warga yang belum mendapatkan vaksin," tambahnya.

Ahli biologi molekuler ini juga menambahkan, meski laju vaksinasi Covid-19 di negara-negara maju cenderung tinggi, tetapi lonjakan kasus Covid varian Omicron tetap terjadi.

Baca Juga: SBMPTN 2022 Segera Dimulai! Berikut Jadwal, Biaya, Serta Syaratnya

Terutama pada mereka yang tidak mau divaksin, atau yang belum mendapatkan vaksinasi dan tidak taat protokol kesehatan.

Sedangkan, orang yang sudah mendapatkan vaksinasi lengkap dan tetap menjaga protokol kesehatan masih memiliki risiko terpapar varian virus baru yang relatif lebih kecil. 

Baca Juga: Libur Sekolah Tiba, Berikut Aturan Perjalanan Dalam dan Ke Luar Kota!

Mutasi varian Omicron sangat tinggi

Mantan menkes Siti Fadilah mengungkapkan bahwa mutasi varian Omicron dari sedikit protein, sehingga menurutnya yang berubah hanya pada ujung protein spike, yakni yang digunakan virus untuk menginfeksi inangnya.

Ahmad pun menjelaskan jika para ilmuwan terutama di bidang biologi molekuler telah mengamati ada pola yang sangat berbeda terkait mutasi varian Omicron.

Pertama, menurut di, jumlah mutasi varian Omicron sangat tinggi dibandingkan varian Delta. Mutasi varian Omicron mencapai 30, sedangkan mutasi varian Delta adalah 8.

Baca Juga: Segera Dibuka! Info Seleksi PPPK Guru Tahap 3 Lengkap Kriteria dan Passing Grade Formasi

"Mutasi yang muncul 30 itu identik dengan mutasi yang sebelumnya yang kita ketahui. Kita masih mempelajari perangai seperti apa yang berubah ketika terjadi mutasi di 30 titik sekaligus," imbuh Ahmad.

"Yang dikhawatirkan oleh para ilmuwan, karena ini masih virus yang sama targetnya sama kalo misalkan angka kematiannya masih sama, katakan 2 persen dikalikan jumlah yang lebih banyak, kan, jadi lebih banyak," ujar Ahmad.

Menjawab hal ini, dia menuturkan karena saat ini vaksin Covid-19 sudah tersedia, maka dengan adanya program vaksinasi, virus menghadapi target yang berbeda.

Baca Juga: Info Passing Grade PPPK Guru Tahap 3 2021, Kriteria dan Syarat ini Wajib Dipenuhi Agar Bisa Lolos!

"Jadi itu yang bisa menjelaskan mengapa banyak orang terkena virus ini gejalanya ringan karena bisa saja orang tersebut sudah pernah terpapar atau sudah divaksinasi. Artinya, untuk mengatakan (varian Omicron) 'tidak berbahaya' kita harus tahu dulu populasi mana," jelas Ahmad.

Sebab, lanjut Ahmad, pastinya, orang yang belum divaksinasi, lansia atau orang dengan komorbid, memang harus dilindungi jangan sampai mereka terkena Covid, apapun variannya.

Sementara, dia mengungkapkan bahwa Covid-19 adalah penyakit yang masih terus dikaji oleh para ilmuwan.

Baca Juga: Tagar TangkapBaharBinSmith VS Tagar KamiBersamaBaharBinSmith Semakin Panas, Ada Apa?

Para ilmuwan juga sedang memahami mengapa tidak banyak pasien bergejala berat meski telah terkonfimasi terinfeksi varian Omicron.

"Kita juga lagi memantau bagaimana imunitas mereka yang divaksin di awal tahun, terutama pada kelompok lansia dan komorbid dalam kurun setahun mereka masih bertahan enggak imunitasnya. Apakah nanti perlu booster atau tidak, kita masih memantau kasus Covid pada mereka yang belum divaksin dengan gejala serius," imbuh Ahmad.

Apabila nantinya terbukti varian Omicron menyebabkan peningkatan gejala serius, serta persentase angka kematian antara orang yang divaksinasi dengan mereka yang tidak divaksin sama, maka pemberian vaksin dosis ketiga atau vaksin booster dinilai perlu.***

Editor: Aisya Nur Aziza


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah