Teroris Tikam Polisi di Prancis, Ternyata Pelakunya Orang Afrika

- 8 November 2021, 20:00 WIB
Ilustrasi teroris/ Seorang polisi terluka setelah ditikam orang Afrika Utara di Cannes, Prancis Selatan pada hari Senin 8 November 2021.
Ilustrasi teroris/ Seorang polisi terluka setelah ditikam orang Afrika Utara di Cannes, Prancis Selatan pada hari Senin 8 November 2021. /Pexels/Jakson Martins

INFOSEMARANGRAYA.COM- Seorang polisi terluka setelah ditikam orang Afrika Utara di Cannes, Prancis Selatan pada hari Senin 8 November 2021.

Mengutip dari France 24, pelaku terorisme tersebut telah ‘dinetralisasi’ oleh anggota kepolisian yang lain.

Polisi itu tengah mengendarai sebuah mobil di depan kantor polisi pada pukul 6.30 pagi ketika pelaku membuka pintu kendaraan dan menikamnya dengan pisau.

 Baca Juga: Tolak Pembagian Kekuasaan Dengan Tentara, Aktivis Sudan Umumkan Pemogokan

Polisi tersebut selamat dari penikaman karena jaket anti peluru yang ia pakai saat itu.

Pelaku tersebut mengalami luka serius dan sedang dalam kondisi serius dikarenakan aksi polisi tersebut.

Laporan dari Prancis mengatakan bahwa orang tersebut ternyata adalah orang Algeria dengan residensi di Italia.

Baca Juga: Protes Kelambanan Tindakan Perubahan Iklim, Aktivis Pemuda Ambil Alih KTT COP26 PBB 

Pelaku lahir pada tahun 1984 dan identitasnya tidak diketahui oleh otoritas Prancis.

Para polisi Prancis tengah menyelidiki kasus tersebut sebagai suatu serangan teroris.

"Saya akan segera ke tempat kejadian pagi ini dan saya menawarkan dukungan saya kepada polisi nasional dan kota Cannes," sebut Kementrian Interior Prancis, Gerald Darmanin di akun Twitter-nya.

 Baca Juga: Panglima Militer Sudan Perintahkan Pembebasan 4 Menteri yang Ditahan dalam Kudeta

Dikutip Info Semarang Raya dari Antara News, Serangan di Cannes ini terjadi saat kekhawatiran tentang kejahatan kekerasan dan unsur terorisme tengah terjadi di Prancis.

Hal ini disebabkan dekatnya pemilihan umum presiden Prancis yang akan dilaksanakan pada tahun 2022.

Kekhawatiran ini juga disebabkan rangkaian serangan teroris islam radikal di Prancis pada tahun-tahun sebelumnya.

 Baca Juga: Kisruh Sudan Berlanjut, Arab Saudi, UEA, Inggris, dan AS Dukung Pemerintahan Sipil

Pada tanggal 23 April lalu, seorang asisten administrasi polisi tewas ketika seorang penyerang menikamnya di pintu masuk kantor polisi di pinggiran kota Paris, Rambouillet.

Sang penyerang, yang merupakan warga negara Tunisia berusia 36 tahun, ditembak mati oleh pasukan keamanan.

Selain itu, pada bulan Oktober 2019, tiga petugas dan satu pegawai polisi di Paris ditikam hingga tewas di markas besar kepolisian Paris.

 Baca Juga: Pasca Pembunuhan Pemimpin Rohingya, Polisi Bangladesh Telah Menangkap Lebih dari 170 Orang

Pelaku penikaman tersebut merupakan seorang pegawai IT yang radikal.

Setiap rangkaian kejadian terorisme ini telah meninggikan kekhawatiran warga Prancis akan tumbuhnya islam radikal di negara mereka.

Terutama apabila serangan-serangan tersebut berhubungan dengan organisasi teroris internasional seperti Al-Qaeda dan Isis.

Baca Juga: Ribuan Orang di Thailand Lakukan Unjuk Rasa, Tuntut Adanya Reformasi Monarki

Oleh karena itu, sudah banyak warga negara Prancis yang mulai menuntut adanya peningkatan keamanan yang lebih baik, serta diperpanjangnya masa penjara bagi para teroris yang bersalah.

Maka, akan menarik untuk melihat bagaimana perkembangan kasus penikaman polisi ini kedepannya dan dampaknya terhadap masyarakat Prancis secara keseluruhan.***

Editor: Asri Aulia Rachmawati


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah