Tolak Pembagian Kekuasaan Dengan Tentara, Aktivis Sudan Umumkan Pemogokan

- 7 November 2021, 08:36 WIB
aksi unjuk rasa masyarakat Sudan yang memprotes kudeta militer terhadap pemerintahan sipil era Perdana Menteri Abdalla Hamdok
aksi unjuk rasa masyarakat Sudan yang memprotes kudeta militer terhadap pemerintahan sipil era Perdana Menteri Abdalla Hamdok /Foto: Twitter/ @MendyAhbizzy/

INFOSEMARANGRAYA.COM - Gerakan protes Sudan telah mengumumkan pemogokan nasional dua hari, menolak inisiatif yang didukung internasional untuk kembali ke pengaturan pembagian kekuasaan dengan militer setelah kudeta bulan lalu.

Asosiasi Profesional Sudan (SPA), yang mempelopori pemberontakan rakyat yang menyebabkan penggulingan penguasa lama Omar al-Bashir 2019, mengatakan inisiatif mediasi yang "mencari penyelesaian baru" antara para pemimpin militer dan sipil akan "mereproduksi dan memperburuk" situasi krisis negara.

Asosiasi menyerukan pemogokan dan pembangkangan sipil pada hari Minggu dan Senin di bawah slogan "Tidak ada negosiasi, tidak ada kompromi, tidak ada pembagian kekuasaan", dan berjanji untuk terus memprotes sampai pemerintah sipil didirikan untuk memimpin transisi menuju pemerintahan sipil penuh.

Baca Juga: Protes Kelambanan Tindakan Perubahan Iklim, Aktivis Pemuda Ambil Alih KTT COP26 PBB

Dilaporkan dari ibukota, Khartoum, Hiba Morgan dari Al Jazeera mengatakan pada SPA telah meminta warga sipil pada Sabtu malam “untuk mendirikan barikade di lingkungan dan di jalan-jalan utama untuk mendorong orang, dan juga mengurangi jumlah orang yang akan pergi ke bekerja pada hari Minggu dan Senin".

Para pengunjuk rasa pro-demokrasi telah menggelar demonstrasi besar-besaran mengecam kudeta, yang menggelincirkan jalan rapuh negara itu menuju demokrasi dan disambut dengan kecaman internasional.

Awal pekan ini, Nureldin Satti, duta besar Sudan untuk Amerika Serikat, mengatakan kepada program UpFront Al Jazeera bahwa kudeta “tidak dapat melanjutkan mobilisasi yang telah kita lihat dan yang akan kita lihat dalam beberapa hari dan minggu ke depan”.

Baca Juga: Negara dengan Jumlah Pembeli Online Terbanyak di Asia Tenggara Tahun 2021

Kekuatan militer Sudan pada 25 Oktober, dalam menyelesaikan pemerintahan transisi dan menangkap puluhan pejabat pemerintah dan politisi.

Sejak kudeta, masyarakat internasional telah mempercepat upaya mediasi untuk menemukan jalan keluar dari krisis, yang mengancam akan semakin mengacaukan kawasan Tanduk Afrika yang sudah bergolak.

Halaman:

Editor: Maruhum Simbolon


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x