INFOSEMARANGRAYA.COM,- Di Indonesia pandemi Covid-19 belum juga berakhir. Segala kegiatan masyarakat pun dibatasi. Terutama Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), dimana hampir 1,5 tahun dilakukan secara daring atau online.
Adanya, pembelajaran daring membuat sejumlah pihak dirugikan. Terutama para siswa mulai dari jenjang TK hingga Perguruan Tinggi terpaksa belajar secara mandiri dirumah.
Melihat kebijakan pemerintah yang tak kunjung mengembalikan proses KBM secara normal, sejumlah elemen masyarakat justru melakukan aksi protes dengan jalan kaki jarak jauh atau long march dari Cirebon ke Jakarta.
Aksi ini dilakukan agar pemerintah mendengar langsung keluhan masyarakat terkait KBM. Mereka minta segera diberlakukan kembali pembelajaran tatap muka.
Baca Juga: Oknum Polisi di Bangka Tega Cabuli Bocah di Bawah Umur, Tak Disangka Begini Modusnya
Baca Juga: Rombongan Nelayan Ini Nekat Mudik Lewat Jalur Laut, Konvoi 20 Perahu Dari Jakarta ke Cirebon
Baca Juga: Lepas Abanda Rahman, CEO PSIS Semarang: Tahun Ini Banyak Pemain Muda
“Kami akan melaksanakan niat baik yakni menyampaikan kepada Presiden RI tentang betapa pentingnya pendidikan tatap muka,” ujar Juru Bicara Persatuan Ormas, OKP, LSM Kota dan Kabupaten Cirebon, Reno Sukriono pada Rabu 28 April 2021.
Reno Sukrino mengatakan aksi jalan kaki ke Istana Negara dilakukan untuk mendesak presiden menghentikan sekolah jarak jauh. Dalam aksi ini, setidaknya mereka mengutus kurang lebih 11 orang yang akan long march dari Cirebon ke Istana Presiden.
“Kami mohon doa dan restu agar niat baik ini bisa tercapai dan direstui presiden,”ungkap Reno Sukrino.
Titik keberangkatan long march dimulai dari perbatasan Cirebon-Indramayu. Untuk saat ini telah dilakukan penyerahan petisi kepada Pemerintah Kota Cirebon dan Kabupaten Cirebon.
Baca Juga: ASN Nekat Mudik Lebaran, Hendi: TPP Hilang dan Bakal Kena Sanksi!
Sementara itu, menurut Ketua Bapera, Heru Cahyono menambahkan, adanya pembelajaran daring atau online moral anak-anak semakin jatuh. Untuk itu, melalui pembelajaran tatap muka, minimal bisa membuat anak-anak mengikuti tindak tanduk bapak dan ibu guru.
“Dengan online ini, tidak ada keteladanan,” katanya.
Melihat hal ini, Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Cirebon, Irawan Wahyono juga mengaku, akan berusaha menindaklanjuti apa yang menjadi aspirasi dalam petisi dari masyarakat. ***