Tiongkok Tingkatkan Angka Kelahiran, Warga Trauma dan Kecam Pemerintah

- 2 Juni 2021, 19:16 WIB
Ilustrasi kelahiran bayi di Tiongkok
Ilustrasi kelahiran bayi di Tiongkok //Pixabay/

Disisi lain, banyak pula warga yang menuntut kompensasi atas trauma yang diderita keluarga mereka karena menginginkan lebih banyak anak di masa lalu.

Baca Juga: Cube Entertainment Debutkan Girl Group Baru LIGHTSUM Dengan Single ‘Vanilla’, Ini Dia Anggotanya

Baca Juga: Duta Besar Dicopot Karena Kelakuan Istrinya yang Tidak Senonoh

Dibawah kebijakan ketat satu anak di Tiongkok yang diperkenalkan pada 1979, keluarga yang ketahuan melanggar aturan menghadapi denda, kehilangan pekerjaan, dan terkadang harus melakukan aborsi paksa.

Para pegiat mengatakan hal itu juga menyebabkan masalah seperti pembunuhan bayi perempuan dan kurangnya pelaporan kelahiran perempuan.

Salah satu pengguna microblogging Weibo mengklaim bahwa ibunya dipaksa menggunakan kontrasepsi IUD sesaat setelah melahirkan dirinya karena dia adalah anak kedua. Ironisnya, IUD itu menimbulkan infeksi
yang harus diderita hingga saat ini.

"Kebijakan ini hanya pemberitahuan dingin-tidak melihat jenis kesusahan
yang ditimbulkannya kepada orang orang. Setiap orang telah direduksi menjadi data, bukan orang-orang yang pantas dihormati dan dilihat,” tulisnya di Weibo.

Baca Juga: Fakta Menarik Lea Ciarachel, Pemeran Zahra Dalam Sinetron SHI Indosiar yang Masih Berusia 15 Tahun

Baca Juga: Sinetron Suara Hati Istri-Zahra Dikecam, KPI: Indosiar Akan Ganti Artis 15 Tahun

Tak sedikit warga yang mengungkap kembali kisah Feng Jiamei yang dipaksa melakukan aborsi pada bulan ketujuh kehamilannya karena dia tidak dapat membayar denda untuk memiliki
anak kedua. Pejabat kota meminta maaf setelah foto yang menunjukkan Feng dan janinnya mengejutkan pengguna internet.

Halaman:

Editor: Eko Nugroho


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x