Sebagai contoh, Nan menceritakan bahwa Stanley sudah mulai bermain catur sejak berusia 4 tahun. Pada usia enam tahun, Stanley telah memenangkan Kejuaraan Negara Bagian Washington.
Lalu Nan menyewa pelatih untuk membantu Stanley meraih gelar nasional pada tahun berikutnya. Namun Stanley justru malah tidak mau bermain catur lagi.
Nan memahami keinginan Stanley Zhong berhenti dari olahraga yang sempat ia kuasai itu. Kami menghormatinya. Dia memutuskan untuk melakukan hal lain,” ujar Nan.
Strategi Nan ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Jennifer Breheny Wallace, pakar toxic parenting.
Wallace mengatakan bahwa anak-anak yang memiliki kemungkinan besar untuk sukses saat dewasa adalah anak yang dibesarkan menjadi seorang “pejuang yang sehat.”
Anak yang bermental pejuang sehat memiliki motivasi untuk sukses sedari dalam dirinya. Ia tidak berpikir bahwa pencapaian menentukan nilai mereka sebagai manusia.
Orang tua dapat melatih sikap ini dengan membantu anak merasa dihargai berdasarkan siapa dirinya, bukan karena nilai atau penghargaan yang mereka dapatkan.
Dengan kata lain, anak perlu memahami bahwa mereka penting dan berharga. "Tindakan yang menunjukkan bahwa mereka penting, akan menjadi perisai pelindung dari stres, kecemasan, dan depresi," jelas Wallace.
Para pejuang sehat bukan berarti tidak pernah mengalami kegagalan. Namun, masalah yang mereka hadapi layaknya pelampung yang mengangkat mereka dan membuatnya jadi lebih tangguh.