Rintihan Sebuah Harapan: Puitisnya Doa dan Pengharapan yang Tulus

- 25 Januari 2024, 17:05 WIB
Ilustrasi - Rintihan Sebuah Harapan: Puitisnya Doa dan Pengharapan yang Tulus
Ilustrasi - Rintihan Sebuah Harapan: Puitisnya Doa dan Pengharapan yang Tulus /Foto Model/ Irra Djara/

INFO SEMARANG RAYA - Puisi "Rintihan Sebuah Harapan" menjadi suara doa yang terukir dalam kata-kata indah, menggambarkan sebuah panggilan hati yang penuh kerendahan dan harapan kepada Sang Pencipta. Dengan segala puji bagi Allah, puisi ini membuka dengan ungkapan syukur atas anugerah wahidiyah yang diberikan-Nya.

Dalam kehinaan diri yang diakui oleh sang penyair, doa yang terukir merupakan ungkapan kerinduan akan ampunan Allah. Kehadiran-Nya yang maha pengasih dan penyayang menjadi tumpuan harapan bagi mereka yang merasa kotor dan penuh dosa. Puisi ini menjadi aliran rintihan jiwa yang memohon petunjuk dan hidayah-Nya.

Kesadaran akan kebodohan dan kekufuran diri membentuk suatu panorama penyesalan yang mendalam. Tanpa cela, penyair mengakui kebodohannya dan menjadikan doa sebagai jalan untuk kembali kepada Tuhan yang Maha Esa. Harapan akan ampunan dan rahmat-Nya menjadi pusat dari puisi ini.

Baca Juga: Makna – Mu: Puisisnya Hidup dalam Ungkapan Makna

Penyair juga memohon kepada Nabi Muhammad Sholallohu 'Alaihi Wasallam sebagai perantara, pemberi syafaat, dan teladan yang mulia dilansir dari Wahidiyah.org oleh Infokom Dewan Pimpinan Pusat Penyiar Sholawat Wahidiyah Jombang (DPP PSW JOMBANG). Doa ini menggambarkan keinginan untuk diberikan hidayah, untuk melihat cahaya petunjuk di tengah kegelapan hati. Rintihan harapan ini menggugah kebutuhan akan bimbingan spiritual dan kehadiran yang penuh kasih dari Nabi Muhammad Sholallohu 'Alaihi Wasallam.

Dengan doa yang tulus kepada Allah, pemohon ampunan, dan harapan untuk diberikan hidayah, puisi ini menjadi ungkapan hati yang menyentuh dan membangkitkan kesadaran spiritual. Setiap baris puisi terasa seperti sebuah doa yang keluar dari lubuk hati yang penuh harap dan kerinduan akan ampunan Ilahi.

Puisi Rintihan Sebuah Harapan

Segala puji bagi Alloh
Yang menganugerahkan Wahidiyah kepada kami
Duhai Tuhan kami Yaa Allooh …
Tuhan yang maha luhur

Duhai Tuhan yang maha memberi
Duhai Tuhan yang maha agung,
Duhai Tuhan yang maha indah
Duhai Tuhan yang maha sempurna

Yaa Ilaahi, Eangkau maha pengasih lagi maha penyayang
Engkau maha memberi ampunan

Yaa Ilaahi, aku orang yang sangat dholim
Orang yang sangat bodoh, dan senantiasa kufur

Baca Juga: Mbah Yai, Wahidiyahkah Kami? - Merenungi Puisi Atik Mardiani

Tiada harapan bagi kami
Melainkan agungnya ampunan dan fadlol-Mu
Ampunilah kami, ampunilah dosa-dosa kami
Bukalah pintu hati kami, dan ridloilah kami

Duhai penghulu para Rosul
Duhai kekasih Alloh
Sholawat serta salam Alloh semoga tetap terlimpah
Atas junjungan kami, pemberi safaat kami
Yaa Syaafi’al Umami … Yaa Qurrota ‘Aini …

Duhai Ghoutsu Hadzaz Zamaan …
Kepangkuanmu salam Alloh kuhaturkan
Bimbing … bimbing dan didiklah diriku Dengan izin Alloh
Dan arahkan pancaran sinar nadzrohmu kepadaku yaa sayyidii …
Radiasi batin yang mewusulkan aku sadar kehadirat maha luhur Tuhanku

Yaa … Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami
Permudahlah segala urusan kami, bukakanlah pintu dan jalan kami, tunjukilah kami,
Pereratlah persaudaraan dan persatuan di antara kami, yaa Tuhan kami
Ayah … Ibu …
Maafkanlah segala kesalahan kami,
Mohonkanlah ampun kepada Tuhan kami
Jangan biarkan kulit kami terkelupas
Jangan biarkan tangan kami terpotong
Jangan biarkan kaki kami lumpuh

Ayah … Ibu …
Pantaskah kami ini putramu
Antarkan kami sowan ke Nabiku
Hiasilah kami dengan ajaran suci
Jangan biarkan kami tenggelam dalam jurang imperialis nafsu
Sayangilah kami, balailah kami, antarkan kami dengan do’a restumu
Mengharap ampunan dan ridlo Ilahi, hingga kusadar ma’rifat billah pada tuhanku

Fafirruu Ilallooh …3X
Larilah kembali kepada Alloh
Waquljaa Alhaqqu Wazahaqol Baatil, Innal Baatila Kaana Zahuuqo
Dan katakanlah wahai Nabi Muhammad perkara yang hak telah datang dan musnahlah perkara yang batal, sesungguhnya perkara yang batal itu, pasti musnah. Al-Faatihah. 1X

Baca Juga: Mendalami Pesan dari Puisi Kutunggu Pesanmu oleh Badan Pembina Remaja Wahidiyah Pusat

Itulah Puisi Wahidiyah dari Infokom PSW, semoga bisa menjadikan tambah cintaya kita kepada beliau Nabi Muhammad Sholallohu 'Alaihi Wasallam.***

Editor: Muhammad Abdul Rosid


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x