Mbah Yai, Wahidiyahkah Kami? - Merenungi Puisi Atik Mardiani

- 20 Januari 2024, 21:30 WIB
Mbah Yai, Wahidiyahkah Kami? - Merenungi Puisi Atik Mardiani
Mbah Yai, Wahidiyahkah Kami? - Merenungi Puisi Atik Mardiani /DPP PSW Jombang/

INFO SEMARANG RAYA - Dalam keheningan malam yang penuh makna, suara yang menggema dari hati Atik Mardiani menemukan wadahnya dalam puisi "Mbah Yai, Wahidiyahkah Kami?".

Sebuah rentetan kata yang memaknai kerinduan, pertanyaan, dan penyesalan. Artikel ini akan membawa Anda memahami lebih dalam makna di balik kata-kata puisi Mbah Yai (Muallif Sholawat Wahidiyah RA, KH Abdul Madjid Ma'roef Kediri), Wahidiyahkah Kami?" dilansir dari Wahidiyah Pusat yang ditorehkan oleh Atik Mardiani, serta mendalami pertanyaan yang tersirat dalam getaran kalimatnya.

Puisi Mbah Yai, Wahidiyahkah Kami?

Assalamualaikum, Mbah Yai
Salam hormat kami
Kami ingin bercerita malam ini
Meski hanya dalam mimpi
Menceritakan kabar perjuangan
Kegundahan hati, kekasih-kekasihmu
Inginku letakkan kepala ini di pangkuanmu yang hangat
Agar hilang penat dan gelisah yang pekat

Baca Juga: Mendekati Pemilu 2024, Simak Puisi Jangan Salah Pilih, Seperti Apa Lengkapnya, Simak di Sini

Wahai pembimbing kami
Kami yang mengaku generasi penerus perjuangan mulia ini
Kami yang mengaku sanggup terbang tinggi
Berlari kencang dan mendaki untuk perjuangan ini
Berpeluh dengan kebanggaan menggelegar di dada ini
Dengan jumawa kami berteriak
Ini wahidiyah kami
Ini cahaya penerang jalan kami
Ini identitas diri kami
Padahal hasil perjuangan kami nihil

Mbah Yai, Wahidiyahkah kami?
Atas nama Wahidiyah kami selalu membenarkan sifat arogan kami
Atas nama Wahidiyah kami berbohong untuk keberadaan kami
Kami berkata, inilah lillah beginilah billah
Padahal sikap kami mengatakan, inilah linafsi beginilah binafsi

Mbah Yai, Wahidiyahkah kami?
Jika kami menang, kami cenderung sewenang wenang
Jika kami berjaya, kami cenderung menganiaya
Jika ada yang kalah, kami tak sabar ingin menjarah
Jika ada yang tak berdaya, kami ingin menistakan dan mencela

Wahai Mbah Yai, Wahidiyahkah kami
Mbah Yai, inilah ibu bapakku
Dengan senyuman dan kebanggaan telah berikrar dengan ikhlas di hadapanmu
Inilah putraku, inilah putriku
Yang terbaik dari kepunyaanku
Kugadaikan ia untuk kepentingan suci perjuangan Ilahi
Dilepaskan kami dari semua kewajiban
Dengan harapan menjadi cahaya bagi perjuangan

Bapak ibu
Harapan yang engkau semai
Telah luluh lantak kami injak injak
Kebanggaan yang engkau tanam telah hilang tenggelam
Bukannya bertaubat, kami justru maksiat
Bukannya mendukung, kami malah menelikung
Bukannya bersyiar, kami justru ingkar
Seolah-olah sibuk dalam perjuangan
Padahal kami menggunting dalam lipatan
Duhai bapak, ibu
Maafkan lah kami

Halaman:

Editor: Muhammad Abdul Rosid


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x