INFO SEMARANG RAYA - Puisi memiliki kekuatan untuk merentangkan perasaan, membawa kita ke dalam kehidupan emosional dan spiritual. "Keluhan Setan," karya Mz. Attar Kedunglo Kediri, adalah sebuah puisi yang memukau, membangkitkan refleksi dalam setiap baitnya. Mari kita telusuri kedalaman makna dalam setiap kalimat yang dirangkai indah dalam puisi ini.
Puisi Keluhan Setan
Maulaayaa !
Dulu Engkau jadikan aku Pimpinan para malaikat
Lalu derajatku jatuh oleh Adam si tanah Liat
Meski kenyataan itu menimpa diriku
Tapi tak sekali juga anak cucunya menolak perintahku
Lupa mereka akan derajatnya yang tinggi
Sebagai Kholifah ilahy di atas bumi
Tak pernah mereka temukan dirinya sendiri
Bahkan mereka asing akan kebahagiaan
Untuk berani mengatakan penolakan "Tidak"
Baca Juga: Puisi Ada Luka di Matamu: Berisi Tentang Seseorang yang Menyembunyikan Duka Juga Kesedihan
Mereka serupa binatang buruan
yang mengantarkan diri kepada pemburu
Yang tak kenal belas kasihan
Seraya berkata : "Inilah aku, tangkaplah"
Maulaayaa !
Lindungi aku dari bahaya pasrah total ini
Bebaskan aku, yaa Robbi ........
dari mangsa yang memalukan seperti ini
Engkau ingat akan kepatuhanku dulu
Lalu aku demikian berani berontak
Malu aku ....................
Bila aku harus lebih hina dari mereka
Yang tak pernah menolak dari apa yang ku kata
Tekad dan himmah mereka lemah sekali
Mereka lawan yang tak pernah tahan uji
Akan pukulanku walaupun hanya satu kali
Aku memang pribadi yang ampuh dan tangguh
Boneka dari air dan tanah liat ini
Sebaiknya ambil saja kembali
Pribadi setua aku yang penuh pengalaman
Dan kesaktian
Tak patut harus bertanding dengan anak ingusan
Maulaayaa !
Anak cucu adam bagai ranting kering belaka
Apa gunanya ..................
Engkau karuniai aku api dahsyat menyala-nyala
Jangan engau hadapkan aku lawan,
Yang serupa kue agar-agar
Karena aku mampu melebur bukit marmar
Aku letih dengan kemenangan
Patutlah aku mendapat ganjaran
Beri aku lawan yang tak terpesona olehku
Tunjukan kepadaku hamba-Mu itu
Aku benar-benar rindu
Orang yang mampu mecekik leherku
Dan yang berani pula mendampratku
"Mingat engkau dari majlisku"
Hingga dihadapannya tidak berharga lagi aku