Ragam Peristiwa: 4 Januari 1946 Hingga Pemindahan Ibu Kota Republik Indonesia ke Yogyakarta

- 4 Januari 2022, 16:49 WIB
Berikut adalah rangkuman peristiwa sejak Januari 1946 hingga Pemindahan Ibu Kota Republik Indonesia ke Yogyakarta
Berikut adalah rangkuman peristiwa sejak Januari 1946 hingga Pemindahan Ibu Kota Republik Indonesia ke Yogyakarta /KabarJoglosemar/Nun

INFOSEMARANGRAYA.COM - Pada tanggal 29 September 1945, satu bulan pasca kemerdekaan Indonesia, Belanda berkeinginanan untuk kembali menjajah Indonesia.

Untuk melancarkan aksinya, Belanda kemudian membonceng tentara Sekutu NICA (Netherland Indies Civil Administration).

Membuat Jakarta sebagai pusat pemerintahan RI saat itu tidak lagi aman.

Jakarta terus diancam teror dan intimidasi dari pasukan Sekutu dan Belanda yang ingin mengambil alih tapuk pemerintahan Bangsa Indoenesia dari bangsa Jepang.

Baca Juga: PTM Persen Terbatas Mulai Digelar Hari Ini, Sekolah Wajib Terapkan Prokes!

Dengan kondisi ini membuat Jakarta sebagai pusat pemerintahan sudah tidak memenuhi syarat sebagai Ibukota negara. Dalam keadaan genting, maka pemerintah mengadakan sidang kabinet pada tanggal 3 Januari 1946 dengan fokus utama untuk mengambil alih pemerintahan RI dari Jakarta ke Yogyakarta.

Dengan organisasi yang sangat rapi dan rahasia pada tanggal 04 Januari 1946 Presiden Ir. Soekarno dan Wakil Presiden Dr. Mohammad Hatta pindah dari Jakarta ke Yogyakarta, sejak saat itu pusat pemerintahan RI pindah ke Yogyakarta.

Dikutip dari laman lib.unnes.ac.id pada Selasa, 4 Januari 2022. Berikut rangkuman peristiwa selengkapnya:

Baca Juga: Dibuka Hari Ini! Simak Cara Registrasi dan Buat Akun LTMPT Untuk Daftar SNMPTN & SBMPTN 2022

Kondisi Jakarta dan Yogya sebelum pemindahan Ibukota terjadi

Kondisi Jakarta sebagai Ibukota saat itu amatlah mengkhawatirkan. Disebabkan tentara sekutu NICA kembali ingin menjajajah Indonesia. Belanda juga berusaha melumpuhkan Indonesia dengan memblokade perekonomian.

Teror juga semakin meningkat terhadap para pemimpin, bahkan melakukan percobaan pembunuhan terhadap Perdana Menteri Syahrir pada tanggal 26 Desember 1945, begitu juga terhadap Amir Syarifudin.

Kondisi inilah yang menjadi salah satu alasan Ibukota akan dipindahkan ke Yogyakarta. Yogyakarta saat itu dianggap sebagai daerah yang terbilang aman karena di sana juga telah berdiri suatu kerajaan yang dipimpin oleh Sultan Hamengkubuwono IX.

Meski memiliki wilayah yang kecil tapi kesultanan Yogyakarta memiliki andil yang cukup besar dalam kancah perjuangan bangsa Indonesia.

Baca Juga: Selamat! Pemilik Kriteria Ini Dipastikan Bisa Lulus Seleksi PPPK Guru Tahap 3 Tahun 2022, Cek Segera

Diadakan Rapat Terbatas

Situasi Jakarta yang semakin tak kondusif, membuat Ir. Soekarno kemudian segera menggelar rapat terbatas pada 1 Januari 1946 di kediamannya, Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56 Jakarta.

Dari hasil rapat tersebut, pemerintah Indonesia sepakat untuk mengendalikan jalannya pemerintahan dari lingkup daerah. Kemudian pada 2 Januari 1946, Sultan Hamengkubuwono IX saat itu menyarankan agar Ibukota RI dipindahkan sementara ke Yogyakarta.

Ir. Soekarno lantas mempertanyakan kembali kesanggupan dan kesiapan pemerintah Yogyakarta untuk menerima rencana pemindahan Ibukota.

Setelah pemerintah Yogyakarta menyanggupi, Ir. Soekarno pun setuju dengan tawaran tersebut.

Baca Juga: Target 280 Juta Dosis Vaksin Tercapai, Presiden Joko Widodo Ucapkan Rasa Syukur

Proses Pemindahan Ibukota ke Yogyakarta

Dalam proses pemindahan Ibukota dilakukan terlebih dahulu dengan mengungsikan presiden dan wakil presiden pada tanggal 3 Januari 1946 ke Yogyakarta. Hal ini dilakukan dengan berbagai pertimbangan termasuk keamanan bagi presiden dan wakil presiden.

Rombongan Soekarno-Hatta dan para menteri kabinet melakukan perjalanan ke Yogyakarta secara diam-diam dengan Kereta Api Luar Biasa sekitar pukul 18.00 WIB. Berangkat dari kediaman Soekarno, 15 pasukan khusus siap mengawal para tokoh hingga sampai di Yogyakarta. Setelah melewati 15 jam perjalanan kereta, rombongan akhirnya tiba di Yogyakarta pada 4 Januari 1946 pukul 09.00 WIB.

Kedatangan presiden dan wakil presiden di Yogyakarta langsung disambut oleh Sultan Hamengkubuwono IX. Sedangkan perdana menteri Sutan Sjahrir berada di Jakarta untuk melakukan perundingan yang berkantor satu atap dengan Departemen Dalam Negeri Jalan Jawa No. 61 Jakarta.

Setelah ibukota resmi pindah ke Yogyakarta, pusat pemerintahan untuk sementara dikendalikan dari Gedung Agung Yogyakarta yang berperan menjadi istana kepresidenan.

Baca Juga: Resmi Naik! Berikut Daftar Harga Rokok Terbaru 2022: dari Gudang Garam, Surya, Hingga Marlboro

Dengan demikian, pemerintah Indonesia kembali meneruskan perjuangan melawan penjajah Belanda. Yogyakarta sendiri menjadi ibukota negara hingga 27 Desember 1949.***

Editor: Maruhum Simbolon


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah