Dilanda Cuaca Dingin Ekstrem Selama Sepekan, China Khawatir Alami Krisis Pangan Dan Listrik

- 9 November 2021, 10:37 WIB
ilustrasi musim salju/
ilustrasi musim salju/ / Mira Kemppainen/

INFOSEMARANGRAYA.COM – Cuaca dingin ekstrem yang terjadi di China membuat kekhawatiran akan kurangnya pasokan pangan dan listrik.

Selama akhir pekan, salju setebal delapan inci menyelimuti sebagian besar wilayah timur laut China, menutup bandara, jalan raya, dan sekolah.

Berbeda dengan musim dingin yang biasanya kering di kawasan itu, Pusat Meteorologi Nasional China memperkirakan curah hujan akan berlanjut sepanjang minggu.

Baca Juga: Teroris Tikam Polisi di Prancis, Ternyata Pelakunya Orang Afrika

Baca Juga: Tolak Pembagian Kekuasaan Dengan Tentara, Aktivis Sudan Umumkan Pemogokan

Di Heilongjiang, provinsi yang berbatasan dengan Siberia, pihak berwenang memperingatkan akan terjadi hujan salju lebat.

Bagi banyak orang di China, penurunan suhu ekstrem tahun ini mengingatkan cuaca dingin serupa pada tahun 2008 ketika wilayah selatan yang biasanya beriklim sedang dilanda hujan salju lebat.

Mengakibatkan saluran listrik membeku sehingga memicu protes di stasiun kereta api oleh para penumpang yang terdampar.

Baca Juga: Protes Kelambanan Tindakan Perubahan Iklim, Aktivis Pemuda Ambil Alih KTT COP26 PBB

Pada Senin, 8 November 2021 dilansir dari washingtonpost.com Badan Cuaca Nasional China berpendapat bahwa, cuaca dingin ekstrem yang terjadi disebabkan oleh fenomena iklim La Nina.

Fenomena ini disebabkan oleh interaksi permukaan laut dan atmosfer di Samudra Pasifik, yang terjadi karena sebelumnya massa air yang berada di bawah permukaan Samudra Pasifik terakumulasi, sehingga menyebabkan sebagian besar air menjadi lebih dingin dari biasanya.

Sekitar 190 jalan raya di sembilan provinsi di China utara ditutup selama akhir pekan dan setidaknya tiga provinsi menutup sekolah.

Baca Juga: Negara dengan Jumlah Pembeli Online Terbanyak di Asia Tenggara Tahun 2021

Lebih dari sebulan yang lalu, krisis pasokan batu bara terjadi. Hal ini dikarenakan melonjaknya permintaan listrik dari industri menyebabkan pemadaman di timur laut China yang membuat pemerintah daerah terpaksa membatasi penggunaan listrik.

Pada Senin, 1 november 2021 pukul 23:00 waktu setempat, Pemerintah China melalui departemen perdagangan menghibau semua warga untuk mempersiapkan kebutuhan sehari-hari mereka jika terjadi keadaan darurat. Pernyataan itu dikeluarkan setelah wabah Covid-19 dan hujan lebat terjadi.

Namun, surat kabar yang didukung Partai Komunis, Economic Daily, mengatakan warganet untuk tidak memiliki "imajinasi berlebihan". Tujuan dari himbauan adalah untuk memastikan warga tidak lengah jika terjadi lockdown di daerah masing-masing.

Baca Juga: Negara dengan Jumlah Pembeli Online Terbanyak di Asia Tenggara Tahun 2021

Kementerian Perdagangan China mendesak pemerintah daerah untuk selalu memastikan pasokan pangan dan harga yang stabil serta memberikan peringatan dini terkait masalah terbatasnya pasokan pangan.

Selain itu, kasus Covid-19 yang terjadi dari barat laut hingga timur laut China dianggap mengancam pasokan pangan. Pekan lalu, harga mentimun, bayam, dan brokoli naik dua kali lipat dibandingkan awal Oktober.

Harga telah mengalami penurunan dalam beberapa hari terakhir, tetapi para ekonom memperkirakan inflasi harga konsumen akan meningkat secara signifikan tahun ke tahun di bulan Oktober untuk pertama kalinya dalam lima bulan. Pandemi telah membuat china semakin fokus pada ketahanan pangan.

Pemerintah china saat ini sedang menyusun undang-undang ketahanan pangan untuk mengatasi masalah yang terjadi.***

Editor: Alfiansyah

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah