Jalan telah diblokir oleh barikade batu, puing-puing dan ban mobil yang terbakar yang telah mengirim asap hitam mengepul ke langit, sementara sebagian besar toko telah ditutup dalam kampanye pembangkangan sipil.
Baca Juga: Europol Sebut Telah Menangkap 150 Orang Pelaku Penjualan Ilegal di Dark Web
"Kami tidak menginginkan kekuatan militer, kami menginginkan kehidupan demokrasi yang bebas di negara ini," kata seorang pengunjuk rasa, yang meminta tidak disebutkan namanya, kepada kantor berita AFP.
Bentrokan jalanan terakhir pada Kamis mengguncang distrik Burri di Khartoum timur yang bergolak dan pinggiran Khartoum Utara, kata wartawan AFP.
Setidaknya satu pengunjuk rasa tewas dalam bentrokan di Khartoum Utara, kata komite dokter yang terkait dengan gerakan protes.
Kematian terbaru membuat jumlah pengunjuk rasa yang tewas sejak kudeta Senin menjadi setidaknya delapan, naik dari jumlah tujuh yang diberikan oleh pejabat kesehatan pada hari sebelumnya. Sekitar 170 orang terluka.
Gas air mata dan peluru berlapis karet ditembakkan ke arah para demonstran pada hari Kamis dan para saksi melaporkan beberapa luka-luka.
Kudeta tersebut adalah yang terbaru yang melanda negara yang hanya mengalami selingan demokrasi yang jarang terjadi sejak kemerdekaan pada tahun 1956.
Baca Juga: Uni Afrika Terpaksa Menangguhkan Sudan Karena Kudeta Militer