Cerpen Misteri: Aron Mulai Menemukan Petunjuk Siapa Orang yang Sudah Mengambil Pena Kakeknya

4 Januari 2024, 14:00 WIB
Ilustrasi - Cerpen Misteri Aron Mulai Menemukan Petunjuk Siapa Orang yang Sudah Mengambil Pena Kakeknya /freepik/

INFO SEMARANG RAYA - Cerpen misteri part dua ini merupakan lanjutan dari cerpen misteri part satu tentang hilangnya pena peninggalan kakek Aron. Hilangnya barang peninggalan kakek membuat Aron bertekad untuk menemukan orang yang sudah mengambil pena itu.

Cerpen misteri part dua ini menceritakan Aron yang mulai menemukan petunjuk siapa orang yang sudah mengambil pena kakeknya.

Namun, ternyata dugaannya tak semudah itu. Aron perlu memastikan dan membuktikan sesuatu untuk mengetahui siapa pencuri sebenarnya.

Baca Juga: Cerpen Tema Kesehatan Mental: Butterfly Hug Untuk Kecemasan Zoro

Simak kelanjutan cerpen misteri selengkapnya berikut ini.

"A-apa? Aku?" ucap Bian benar-benar gugup dan terkejut.

Aron mengeluarkan gelang yang dia temukan di kamarnya dan meletakan gelang itu di hadapan Bian. Membuat Bian makin heran dan kebingungan.

"Ini punya kamu, Bian? Aku temukan di kamarku tadi."

Itu bukan punya aku, Aron. Bagaimana kamu bisa menuduh aku hanya karena aku yang sempat berniat membeli pena itu? Kita berteman sudah cukup lama aku enggak nyangka kamu menuduh aku begini," ucap Bian dengan nada kecewa.

"Justru karena kita teman lama, Bian. Aku enggak mau ada kebohongan di antara kita. Oke, gelang ini bukan punya kamu. Terus soal kamu yang kemarin ke rumahku dan cari aku, tapi kenapa kamu enggak telepon aku seperti biasanya?" tanya Aron.

Itu karena aku enggak mau ganggu kamu. Aku tahu kamu mungkin sibuk, aku ke rumah kamu waktu itu untuk kirim undangan peluncuran buku baruku. Ternyata kamu belum pulang dan justru aku lihat dua adikmu yang keluar dari rumah bersama Pak Juan Cholas penikmat sastra dan kolektor karya seni dan sastra itu."

Baca Juga: Cerpen Anak Tema Psikologi: Piala Pertama Untuk Kecerdasan Spasial Ditto

Aron mengerutkan kening heran. Dia tidak tahu soal itu.

"Pak Juan Cholas? Ke rumahku? Aku enggak tahu soal itu."

Iya, aku kira dia mau ketemu kamu atau ada janji sama kamu waktu kemarin, Ron," jawab Bian.

"Aron aku tahu pena itu barang berharga untuk kamu. Mungkin benar aku sempat mau memilikinya, tapi aku tidak pernah berpikir untuk mencuri barang itu. Apalagi itu milik temanku, aku harap kamu percaya, Aron. Tapi kalau pun enggak, aku bisa mengerti. Yang penting aku sudah bicara apa adanya," ucap Bian lagi.

Aron menatap wajah Bian. Dia tidak melihat kebohongan di mata Bian, lelaki itu berkata jujur. Alibi Bian cukup masuk akal dan gelang yang dia temukan memang bukan miliknya.

Namun, Aron masih belum bisa sepenuhnya percaya. Dia hanya mengangguk paham dan meminta maaf pada Bian yang sudah menuduhnya tiba-tiba.

Aron berpisah dengan Bian di kafe itu. Sekarang Aron memikirkan orang yang Bian maksud. Apakah benar apa yang dia bilang?

Kalau benar kenapa dua adiknya tidak mengatakan apa pun padanya? Ada apa sebenarnya.

Aron baru saja melangkah keluar dari kafe itu dan secara tiba-tiba seseorang menabraknya.

Seorang gadis berusia sekitar tujuh belas atau delapan belas tahun menatapnya dan langsung meminta maaf pada Aron karena tidak berhati-hati.

Baca Juga: Cerpen Muslimah: Buah Dari Kesabaran dan Penantian Seorang Bulan yang Mengubah Pandangan Hidup

"Maaf, Kak. Saya enggak sengaja," ucap gadis itu.

Aron diam sesaat dan memperhatikan wajah yang tidak asing baginya. Bukankah gadis itu teman sekolah Kiras? Aron pernah melihatnya saat ke sekolah Kiras.

"Enggak papa. Eh, kamu temannya Kiras? Kiras Arjuna di SMA Cakrawala?"

Gadis itu terkejut lalu akhirnya mengangguk. Dia pun menyadari sesuatu yang membuatnya tersenyum tipis ke arah Aron.

Bang Aron kakaknya Kiras, ya? Iya saya Amara teman satu kelas Kiras. Saya minta maaf, Bang. Enggak lihat-lihat tadi."

Aron mengangguk paham dan tertawa kecil memaklumi apa yang baru saja terjadi. Namun, tawanya terhenti saat matanya menangkap sesuatu yang membuatnya diam seketika.

Eum, ini enggak terlalu penting atau mungkin cukup konyol. Tapi saya cuma penasaran, gelang yang kamu pakai itu bagus dan unik saya tertarik aja lihatnya. Kamu beli di mana?" Jelas sekali Aron berbohong dan hanya basa basi.

"Oh, gelang ini. Saya enggak beli, Bang. Duh, sebenarnya saya malu. Ini dikasih Kiras kemarin di sekolah, katanya hadiah kecil sebagai teman, dia juga punya gelangnya, Bang." Aron terdiam dan makin kebingungan.***

Editor: Muhammad Abdul Rosid

Tags

Terkini

Terpopuler