Menyesalkan Perilaku Penari Latar yang Hobi Disoraki

- 15 Agustus 2023, 11:18 WIB
Penari berbusana rapi sesuai kebutuhannya
Penari berbusana rapi sesuai kebutuhannya /hasca/pixabay

INFO SEMARANG RAYA – Tak hanya di acara 17 Agustusan saja, tetapi dalam berbagai event yang melibatkan datangnya penonton atau publik, hampir bisa dipastikan ada sajian hiburan. Hiburan – namanya saja sudah jelas hiburan – pasti tujuannya untuk menghibur. Entah berkualitas atau tidak, yang penting ada hiburan, ada suara kencang, ada penyanyi dengan aneka busana kerlap-kerlip, ada penari, dan kilau lampu kilat menyambar sana-sini.

Hiburan berupa musik yang awalnya kalem-kalem saja, tiba-tiba mulai bergeser ke musik yang tak karuan bentuknya, hingga tak jelas pula liriknya seperti apa. Entah faktor apa yang menyebabkan seseorang merasa dan dapat terhibur, perlu ada kajian lebih mendalam. Tak perlu merasa gusar dengan pernyataan atau tulisan ini sebab penulis hanya ingin mengetahui penyebab seseorang ‘menjadi terhibur’ padahal hiburannya tak tampak jelas ‘menghibur’.

Bukan itu yang jadi masalah. Lebih dari itu, yaitu keingintahuan penulis terhadap motif para penonton yang tampak bersuka cita, berjoget sebebasnya, dengan gerakan yang – maaf, terkadang erotis – padahal penyanyinya berjoget biasa saja. Yang erotis justru penontonnya. Ini contoh saja, yang tentang ertotisme tadi. Hanya contoh, tidak semua, tapi ada.

penari profesional
penari profesional pixabay

Berjoget tidak dilarang, namun ada tata adabnya. Dengan berbusana muslim perempuan, penulis sempat menyaksikan rekaman status whataspp seorang teman, yang menampilkan jogetan sekelompok peremupuan, mungkin 5 orang, menghadap ke panggung dan membelakangi penonton. Entah apa yang ada di benak kelompok perempuan ini, tidak bisa dijelaskan di tulisan ini sebab penulis juga tidak mengenal mereka.

Pikiran yang muncul sangat sederhana: mengapa sekelompok perempuan ini merasa bebas berjoget di hadapan banyak pengunjung, ada yang berjenis kelamin pria, dengan penjoget tersebut berbusana muslim, tanpa merasa malu atau risih. Apa yang ada dalam pikiran mereka? Merasa bebas dan lepas dari kewajiban seorang ibu dan isteri, atau sedang melampiaskan kekesalan terhadap ruwetnya kehidupan?

Ribuan alasan bisa diberikan. Tetapi penulis hanya ingin menggarisbawahi tentang kepatutan berjoget di muka publik dengan busana ciri khas muslimah, yang seharusnya tidak dilakukan sedemikian bebas. Penulis yakin bahwa para penjoget ini juga orang-orang yang rajin mendatangi forum pengajian. Selalu rindu siraman rohani. Tapi mengapa harus berperilaku seperti itu? Anda dibayar berapa untuk melakukan itu? Andaikata gratis atau dibayar sekali pun, seyogianya tidak begitu.

Masih banyak cara lain untuk mengungkapkan ekspresi kegembiraan, kepuasan, atau kerinduan terhadap sesuatu. Bukankah agama kita sudah mengajarkan cara bersyukur yang sangat mudah, tanpa diketahui orang lain? Esok masih ada, dan sebaiknya jangan lagi terbuai dengan pujian bahwa Anda adalah penari lincah yang siap manggung, ditonton ratusan ribuan orang, yang hanya berujung pada tertawaan geli menyaksikan Anda. Atau mereka hanya akan memberikan label pada Anda sebagai penari lihai yang patut diunggulkan. Lantas, jika sudah diunggulkan, apa keuntungannya buat Anda.

Buat Anda yang masih muda dan sempat menyaksikan ibu atau kakak perempuan Anda melakukan hal demikian, cobalah mengingatkannya dengan cara perlahan. Walaupun jawabannya bisa ditebak: kan cuma hiburan, nggak ada maksud apa-apa – tetaplah memberi nasehat atau anjuran. Semakin kuat Anda menasehati, semakin berkurang juga kewajiban Anda untuk mengingatkan kemudlaratan.***

Editor: Hascaryo Pramudibyanto

Sumber: hasca


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x