TPA Jatibarang Kembangkan Budidaya Maggot: Cocok Untuk Industri Pakan Ternak Hingga Ciptakan Kelestarian Alam

28 April 2021, 10:47 WIB
Maggot atau Larva Lalat berjenis Black Soldier Fly (BSF) //antara/

INFOSEMARANGRANGRAYA.COM,- Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Semarang melalui UPT TPA Jatibarang mulai mengembangkan industri budidaya maggot sebagai bentuk upaya pengelolaan sampah dan berdampak baik bagi lingkungan. 

Maggot merupakan larva lalat berjenis Black Soldier Fly (BSF). Maggot sengaja di budidayakan karena memiliki nilai ekonomi yang tinggi. 

Selain itu, prosesnya pembudidayaannya sangat mudah dan tidak membutuhkan waktu lama. Untuk itu program budidaya ini harus disosialisasikan kepada masyarakat Semarang.

Baca Juga: Siapkan Anggaran 24 Miliar, Tahun Ini Masjid Baiturrahman Simpang Lima Siap Direnovasi, Begini Konsepnya

Baca Juga: Nilai Harga Makin Meroket, Investasi Aset Bitcoin Kini Jadi Pilihan Investor Besar

Budidaya Maggot Untuk Industri Pakan Hewan Ternak

Menurut Kepala UPT TPA Jatibarang, Wahyu Hermawan mengungkapkan bahwa budidaya maggot ini memiliki banyak fungsi dan manfaat bagi masyarakat. Salah satunya sebagai pakan hewan. 

"Maggot memang sangat istimewa dibandingkan bahan baku pakan alternatif lainnya, karena mengandung nutrien yang lengkap untuk ikan dan kualitas yang baik. Budidaya maggot dinilai akan jadi harapan cerah bagi pengelolaan sampah di masa depan," kata Wahyu Hermawan.

Tubuh maggot yang penuh dengan protein sangat cocok untuk pakan hewan ternak seperti ayam atau ikan. Bahkan kotoran Maggot juga bisa dibuat pupuk dan menyuburkan tanaman. 

Untuk menemukan telur maggot yang berasal dari lalat BSF dirasa sulit dan kurang praktis. 

Baca Juga: Petugas Lakukan 2 Skenario Ini Untuk Evakuasi Pengangkatan KRI Nanggala 402 yang Tenggelam

Baca Juga: Rombongan Nelayan Ini Nekat Mudik Lewat Jalur Laut, Konvoi 20 Perahu Dari Jakarta ke Cirebon

Wahyu menyarankan bagi masyarakat yang tertarik dengan budidaya ini lebih baik membeli saja dari pada mencari di alam. Untuk harga telur lalat sekitar Rp7000 per gram. Sedangkan maggot dijual dengan harga Rp10.000 per kilogram.

Namun, khusus warga Semarang yang berminat membudidayakan maggot, ia menawarkan akan memberi secara gratis dan bisa datang langsung ke TPA Jatibarang. 

"Kami membimbing dan akan kami beri maggot secara cuma-cuma," tuturnya. 

Kurangi Volume Sampah dan Ciptakan Kelestarian Lingkungan.

Sementara itu, Kepala DLH, Sapto Adi mengungkapkan, industri budidaya maggot selain memberikan keuntungan ekonomi bagi masyarakat juga berdampak baik bagi lingkungan.

Dengan industri budidaya maggot, dirasa mampu mengurangi volume sampah organik. Pasalnya makanan maggot berupa sampah organik. Oleh karena itu budidaya ini mampu menjaga kelestarian lingkungan.

Baca Juga: Gelar Sidak di Kantor Kelurahan Muktiharjo, Hendi Bongkar Kasus Pungli Oknum Pegawai Kelurahan

Baca Juga: Sering Mengantuk dan Lemas Saat Puasa? Begini Pendapat Dokter Soal Penyebabnya

"Mereka dikenal rakus sehingga bisa dengan cepat menghabiskan sampah organik berupa sisa sayur, sisa makanan,

dan buah-buahan. Maggot juga aman bagi ikan karena itu bukan vektor penyakit, dan mengandung nutrisi sesuai dengan kebutuhan ikan," ujar Sapto Adi.

Sapto Adi menjelaskan bahwa budidaya Maggot tidak perlu menyediakan tempat yang luas, yang dibutuhkan hanya tempat penampungan.

Untuk medianya sendiri bisa dari bahan apapun dan dengan catatan ada sinar matahari yang cukup.

Baca Juga: Fakta Unik Julian Nagelsmann, Pelatih Baru Bayern Munich!

Tempat penampungan yang dibutuhkan antara lain seperti wadah untuk maggot, kemudian pupa, dan lalat BSF. 

Sedangkan untuk lalat BSF ini perlu adanya satu kurungan khusus yang tertutup dengan rapat karena akan jadi tempat lalat BSF untuk kawin dan bertelur. 

"Tempat-tempat bekas saja, nggak perlu beli," ujar Sapto Adi.***

Editor: Eko Nugroho

Tags

Terkini

Terpopuler