LBM NU Jawa Timur Melarang Penggunaan Karmin dalam Makanan dan Minuman: Alasan dan Implikasinya

- 28 September 2023, 10:00 WIB
LBM NU Jawa Timur Melarang Penggunaan Karmin dalam Makanan dan Minuman Alasan dan Implikasinya
LBM NU Jawa Timur Melarang Penggunaan Karmin dalam Makanan dan Minuman Alasan dan Implikasinya /Tangkap layar quora.com/

Hal ini sesuai dengan pandangan Madzhab Maliki, salah satu dari empat mazhab dalam Islam. Menurut pandangan ini, bangkai serangga atau karmin adalah najis dan tidak boleh dikonsumsi.

Keputusan ini didukung oleh referensi dari beberapa kitab yang menjadi pedoman bagi LBM NU Jawa Timur, seperti Al-Bayan Wattahsil, Al-Taj Wa al-Iklil, Al-Muntaqo Syarh Muwatto', Al-Fiqh ala Madzahib Al-Arba'ah, Al-dakhiroh, Fathul Mu'in, dan 'Ianah al-Tholibin.

Dengan dasar pandangan dan rujukan ini, LBM NU Jawa Timur secara tegas melarang penggunaan karmin dalam makanan atau minuman.

Implikasi Larangan Penggunaan Karmin

Larangan ini memiliki implikasi yang cukup signifikan dalam industri makanan dan minuman. Produk-produk yang sebelumnya menggunakan karmin sebagai pewarna merah, seperti yoghurt berwarna merah, sekarang harus mencari alternatif pewarna yang halal.

Beberapa produsen mungkin akan beralih ke pewarna sintetis atau bahan pewarna alami lainnya yang sesuai dengan pandangan agama.

Selain itu, keputusan ini juga memunculkan pertanyaan tentang penggunaan karmin dalam produk-produk kecantikan seperti lipstik.

Meskipun dalam beberapa pandangan seperti Jumhur Syafi'iyyah, penggunaan karmin untuk keperluan selain konsumsi dihukumi najis, pandangan Imam Qoffal, Imam Malik, dan Imam Abi Hanifah menyatakan bahwa karmin dianggap suci. Oleh karena itu, penggunaan karmin dalam produk kecantikan masih menjadi perdebatan.

Baca Juga: Tuai Polemik, Ternyata Ini Makna yang Terkandung Dibalik Logo Halal Indonesia Terbaru

Sejarah Karmin dan Budaya Penggunaannya

Menariknya, karmin bukanlah pewarna baru. Pewarna ini telah digunakan sejak suku Aztec pada abad ke-16. Ketika bangsa Eropa menemukan budaya mereka selama era eksplorasi, mereka mulai menggunakan ekstrak serangga cochineal atau kutu daun sebagai pewarna untuk kain dengan warna merah cerah.

Sejarah panjang penggunaan karmin ini menunjukkan betapa berharga pewarna ini di mata manusia selama berabad-abad.

Halaman:

Editor: Muhammad Abdul Rosid


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x