Mengenal Konsep Multiple Source Plagiarism dan Patchwriting

- 5 September 2023, 13:02 WIB
Plagiarisme dapat mengakibatkan sanksi yang serius
Plagiarisme dapat mengakibatkan sanksi yang serius /hasca/pixabay

INFO SEMARANG RAYA - Konsep Multiple Source Plagiarism merujuk pada jenis plagiat di mana seseorang menggabungkan materi dari beberapa sumber yang berbeda tanpa memberikan atribusi yang benar kepada setiap sumber. Dalam hal ini, penulis menciptakan karya yang mungkin terlihat orisinal, tetapi sebagian besar terdiri dari potongan dari berbagai sumber yang berbeda. Contoh konkret dari Multiple Source Plagiarism adalah ketika seseorang mencari informasi dari beberapa buku, artikel, atau sumber lainnya untuk sebuah tugas atau makalah, lalu menggabungkan potongan-potongan dari sumber-sumber tersebut tanpa mencantumkan referensi yang jelas atau atribusi kepada setiap sumber.

Hasil akhirnya adalah karya yang sebagian besar terdiri dari kutipan atau ide dari sumber-sumber lain, tetapi tanpa pengakuan yang benar terhadap asal-usul materi tersebut. Konsep ini mencerminkan pelanggaran terhadap hak cipta dan integritas penulisan. Dalam konteks akademik atau profesional, Multiple Source Plagiarism dianggap sebagai bentuk serius dari plagiat dan dapat memiliki konsekuensi yang serius, termasuk pengurangan nilai, pencabutan publikasi, atau tindakan disiplin. Oleh karena itu, sangat penting untuk selalu memberikan atribusi yang benar kepada sumber-sumber yang digunakan dalam karya tertulis untuk menjaga integritas dan menghindari plagiat.

Selanjutnya adalah konsep Patchwriting. Konsep ini merujuk pada jenis plagiat yang melibatkan tindakan menyalin atau meniru teks dari sumber asli dan mencoba untuk mengubah kata-kata atau struktur kalimatnya sedemikian rupa sehingga masih mirip dengan sumber asli. Meskipun teks telah dimodifikasi, ide dasarnya tetap sama dengan sumber aslinya.

Perbedaan utama antara Patchwriting dengan plagiarisme lainnya adalah usaha penulis untuk membuat teks terdengar lebih orisinal dengan mengganti beberapa kata atau frase dengan sinonim atau kalimat yang berbeda, tetapi inti dari teks tetap sama. Ini seringkali terjadi ketika penulis merasa perlu untuk menggunakan sumber lain dalam karyanya, tetapi mereka tidak mengerti atau tidak percaya diri dalam mengutarakan ulang informasi tersebut dalam kata-kata mereka sendiri.

Meskipun Patchwriting mencoba menghindari plagiarisme yang terlalu jelas, itu masih dianggap sebagai bentuk plagiat karena meskipun terdapat usaha mengubah beberapa kata, gagasan inti dan struktur kalimat tetap sama dengan sumber asli tanpa memberikan atribusi yang benar. Dalam konteks akademik dan profesional, Patchwriting dianggap sebagai pelanggaran etika dan integritas dalam penulisan, dan dapat mengakibatkan sanksi yang serius.

Penting untuk selalu memberikan atribusi yang benar kepada sumber-sumber yang digunakan dalam karya tulis Anda dan untuk menghindari praktik Patchwriting dengan berusaha memahami dan menguraikan informasi dalam kata-kata Anda sendiri.***

 

Editor: Hascaryo Pramudibyanto

Sumber: hasca


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x