INFOSEMARANGRAYA.COM,- Tim Gabungan Reserse Polres Bogor berhasil mengamankan pelaku pembunuhan berantai atas nama Muhammad Rian (MRI) berusia 21 tahun, warga Bojonggede, Kabupaten Bogor. Pelaku ditangkap pada Rabu 10 Maret 2021 malam.
Menurut Kapolresta Bogor Kota, Kombes Pol Susatyo Purnomo Condro pada Jumat 12 Maret 202, menyatakan bahwa terdapat dua korban atas insiden pembunuhan tersebut.
“Ada dua korban, masing-masing berinisial DP (18) dan EL (23). Dari hasil penyelidikan sementara, latar belakang tersangka melakukan aksi pembunuhan adalah karena faktor ekonomi (adanya perampokan),” ungkapnya.
Baca Juga: Polisi Sebut Dugaan Rem Blong Penyebab Kecelakaan Bus Tewaskan 27 Siswa
Baca Juga: Kabar Baik! Pemerintah Berikan Subsidi 10 Juta Bagi Alumni Prakerja, Cek Syaratnya
Baca Juga: Viral, Petugas Amankan Aliran Sesat di Pandeglang Saat Ritual Mandi Tanpa Busana
Susatyo menjelaskan bahwa kronologi pembunuhan itu bermula ketika MRI mengajak berkenalan melalui media sosial, kemudian para korban diajak kencan di sebuah hotel dengan iming-iming uang. Jika ada kesempatan, maka tersangka akan mengeksekusi para korban dengan cara dicekik kemudian barang-barangnya diambil dan jasadnya dibuang menggunakan kantong plastik besar.
“Aksinya ini sudah masuk dalam kategori serial killer ya atau pembunuhan berantai yang direncanakan. Tersangka juga ada kecenderungan menikmati proses pembunuhan dan meninggalnya para korban,” sambung Susatyo.
Menindaki kasus ini, pihak kepolisian masih terus melakukan penyidikan lebih lanjut dan melakukan pemeriksaan kejiwaan terhadap tersangka.
Baca Juga: Kecelakaan Truk Beruntun di Tol Solo-Ngawi, Tiga Meninggal Dunia
Baca Juga: Evakuasi Bus Masuk Jurang Selesai, Korban Tewas 27 Orang dan 39 Selamat
Baca Juga: Sadikin Aksa, Keponakan Jusuf Kalla Tersangka Tindak Pidana Jasa Keuangan
“Kemarin sudah dites urine dan hasilnya yang bersangkutan positif narkoba jenis sabu dan ineks. Nanti rencananya kita akan lanjutkan dengan pemeriksaan kejiwaan karena tersangka secara sadar masih nyambung jika diajak bicara dan tidak ada indikasi melakukan aksi secara tidak sadar,” jelas Susatyo.***