Apabila seseorang terpapar sianida, maka ada dua kemungkinan, jika dosisnya kecil maka racun masih bisa ditangani, namun apabila dosis itu besar yakni sebanyak 1,5 milligram per kilogram tubuh manusia, maka tubuh akan bereaksi untuk menciptakan keracunan sianida.
Apakah sianida selalu berbahaya?
Jawabannya adalah tidak, karena masih ada ribuan senyawa yang disebut nitril yang mengandung gugus sianida hanya saja tidak beracun.
Melansir dari laman halosehat zat ini biasa digunakan untuk obat-obatan seperti citalopram (celexa) dan simetidin (tagamet).
Dan tahukah kamu dalam sejarah peperangan, sianida digunakan sebagai senjata biologis lho.
Baca Juga: Bibir Jadi Kering Saat Rutin Konsumsi Obat? Begini Penjelasan Pakar dan Catat Solusinya!
Dalam sejarah perjalanannya, sianida ternyata sering digunakan sebagai senjata biologis dalam perang. Seperti perang Perancis – Russia yang terjadi sekitar tahun 1870 – 1871, dimana Napoleon II mendesak pasukannya untuk mencelupkan ujung bayonet kedalam racun. Tak hanya Napoleon, Kaisar Romawi Nero jugs menggunakan air pohon ceri yang mengandung sianida sebagai racun.
Penggunaannya dilanjut dalam perang Dunia I, dimana sianida digunakan oleh pasukan Prancis dan Austria. Sementara dalam Perang Dunia II, Nazi Jerman menggunakan produk rodentisida Zyklon B untuk membunuh orang. Belum lagi pada tahun 1980-an sianida digunakan dalam perang Iran-Irak, di Kurdi Irak, dan di Suriah.