Network
INFOSEMARANGRAYA.COM - Jagat media sosial tengah diramaikan suatu tagar yang bertuliskan BDS Movement, tagar ini mengajak para pengguna sosial media untuk memboikot beberapa produk yang dianggap mendukung Israel, hal ini terjadi karena meningkatnya serangan Israel ke Jalur Gaza.
Tidak hanya di dunia maya, demonstrasi di sejumlah negara yang dilakukan oleh kelompok terafiliasi dengan BDS juga terjadi di seluruh dunia, BDS ini adalah singkatan dari Boycott, Divestment and Sanctions (BDS Movement) yaitu sebuah gerakan protes non-kekerasan global.
BDS Movement merupakan gerakan yang berupaya menggunakan boikot di sektor ekonomi dan budaya pada Israel, divestasi keuangan dari negara, dan sanksi pemerintah untuk menekan pemerintah Israel agar mematuhi hukum internasional dan mengakhiri kebijakan kontroversialnya terhadap Palestina.
Kebijakan yang digambarkan sejumlah pakar hak asasi manusia serta pakar hukum sebagai apartheid.
BDS Movement adalah sebuah taktik, bukan organisasi, sehingga kelompok kelompok yang berbeda berkampanye sendiri, yang memiliki fokus berbeda, meskipun semuanya memiliki landasan moral serta taktik perlawanan yang damai, BDS mengambil inspirasi langsung dari perjuangan anti-apartheid di Afrika Selatan dan gerakan hak-hak sipil AS.
Kedua gerakan ini efektif menggunakan boikot, sehingga BDS berharap hal atau cara ini akan mampu membuat perang antara Israel dan Palestina dapat berakhir damai, serta tidak akan terulang lagi di masa depan.
Aktivis anti-apartheid di Afrika Selatan, Uskup Agung Desmond Tutu yaitu pembela gerakan BDS yang menyebut adanya persamaan antara Apartheid di Afrika Selatan dan Israel sangat mencolok, salah satu arahan dari BDS ini adalah menggoyahkan dukungan barat terhadap Israel.
Baca Juga: Mengambil Sisi Lain Buah Semangka yang Menjadi Simbol Identitas Peduli Palestina di Tengah Konflik
