Tidak ada dalam hal ini batas akhirnya, jika mereka perbanyak ruku’ dan sujud maka lebih baik”.
4. Imam Ahmad
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,
وَالتَّرَاوِيحُ إنْ صَلَّاهَا كَمَذْهَبِ أَبِي حَنِيفَةَ، وَالشَّافِعِيِّ، وَأَحْمَدَ: عِشْرِينَ رَكْعَةً أَوْ: كَمَذْهَبِ مَالِكٍ سِتًّا وَثَلَاثِينَ، أَوْ ثَلَاثَ عَشْرَةَ، أَوْ إحْدَى عَشْرَةَ فَقَدْ أَحْسَنَ.كَمَا نَصَّ عَلَيْهِ الْإِمَامُ أَحْمَدُ لِعَدَمِ التَّوْقِيفِ فَيَكُونُ تَكْثِيرُ الرَّكَعَاتِ وَتَقْلِيلُهَا بِحَسَبِ طُولِ الْقِيَامِ وَقِصَرِهِ
“Salat tarawih jika dikerjakan sesuai mazhab Abu Hanifah, Syafi’i, dan Ahmad adalah 20 rakaat, atau sesuai madzhab Malik 36 rakaat, atau 13, atau 11 maka itu baik.
Seperti dikatakan oleh Imam Ahmad, karena tidak ada penentuan batas akhir, sehingga memperbanyak jumlah rakaat dan mempersedikit dilakukan tergantung panjang atau pendeknya berdiri."
Dari penjelasan di atas sebenarnya sah-sah saja jika sholat Tarawih mau dilaksanakan dengan jumlah 8 rakaat + 3 rakaat sholat Witir ataupun 20 rakaat + 3 rakaat sholat Witir.
Namun jika mengfingat bahwa mayoritas umat muslim di Indonesia menganut mazhab Imam Syafi’I, maka umumnya sholat Tarawih sendiri dilaksanakan dengan jumlah total 20 rakaat + 3 rakaat sholat Witir.***