Bagaimana Bacaan Niat Puasa Ramadhan yang Benar? Simak Dasar dan Caranya Lengkap Sini

6 Maret 2024, 13:05 WIB
Ilustrasi - Bagaimana Bacaan Niat Puasa Ramadhan yang Benar Simak Dasar dan Caranya Lengkap Sini /freepik/

INFO SEMARANG RAYA - Sebentar lagi Umat Islam akan melaksanakan Ibadah Puasa Ramadhan salah satu yang penting yakni Niat Puasa Ramadhan, salah satu rukun puasa Ramadhan yakni Niat Puasa Ramadhan dilakukan pada waktu malam harinya.

Bagi yang akan berpuasa dalam bulan Ramadhan setiap malamnya harus berniat puasa, sehingga kalau semalam itu misalnya lupa tidak berniat maka siangnya harus tetap berpuasa (menahan dari hal-hal yang membatalkan puasa) akan tetapi besuk setelah habis Ramadhan harus mengqodho (menyahur) sehari.

Adapun ketentuan niat puasa Ramadhan sebagai berikut:

a. Menempatkan niat dalam hati; Mengucapkan niat dengan lisan yang tidak disertai berniat puasa dalam hati, maka tidak shah niatnya dan tidak shah pula puasanya. Adapun mengucapkan niat dengan lisan itu hukumnya sunnat (untuk membantu niat dalam hati).

Baca Juga: Ide Kegiatan Menarik saat Ngabuburit pada Puasa Ramadhan Mulai dari Ikut Pengajian Hingga Bercocok Tanam

b. Menempatkan niat pada malam hari (di antara terbenamnya matahari sampai waktu imsak). Sabda Nabi Shollallahu 'alaihi Wasallam:

مَنْ لَمْ يُجْمِعِ الصِّيَامَ قَبْلَ الْفَجْرِ فَلَا صِيَامَ لَهُ (رواه الخمسة)

“Barang siapa yang tidak niat berpuasa pada waktu malam - sebelum terbit fajar, maka tidak sah puasanya”. (H.R. lima ahli hadits).

Hal ini khusus untuk puasa fardlu. Kalau puasa sunnat boleh menempatkan niat pada siang hari sebelum istiwa’ (tengah siang hari) dan belum melakukan sesuatu yang membatalkan puasa.

c. Menentukan ”puasa Ramadhan”. Kalau hanya niat ”aku besuk berpuasa” (NAWAITU SHOUMA GHODIN), tidak menentukan “puasa Ramadhan” (‘An adaai fardli Ramadhan), niat semacam itu belum cukup.

Adapun menentukan fardliyah (fardli), bulan (syahri), tahun ini (hadzihis-sanati) dan menyandarkan niat kepada Allah (Lillaahi Ta’ala) itu tidak menjadi syarat sahnya niat. Tetapi sebagai penyempurnaan niat.

Jadi, niat puasa Ramadhan minimal adalah:

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ رَمَضَانَ

“Aku niat berpuasa besok dari Ramadhan”.

Niat puasa yang sempurna ialah:

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانِ هَذِهِ السَّنَةِ للهِ تَعَالَى

“NAWAYTU SHOUMA GHODIN ‘AN ADAA-I FARDHI SYAHRI ROMADHOONI HAADZIHIS-SANATI LILLAAHI TA’ALA.

“Aku niat berpuasa sehari besok untuk menunaikan fardlu puasa bulan Ramadhan tahun ini, semata-mata karena Allah Ta’ala”.

Ada beberapa yang perlu diperhartikan dan tidak sedikit banyak Umat Islam lupa dengan Puasa Ramadhan yang benar, diantantaranya:

a. Masih banyak umat Islam yang belum/kurang memahami tentang ketentuan niat puasa di atas (a.- c.) tidak bisa dibaca tanwin akhirnya) dan ketika dibaca jar harus diberi tanda.

Baca Juga: Arti Mimpi Makan Sebuah Lontong Sayur Saat Bulan Ramadhan Pertanda Positif atau Negatif?

b. Huruf “Nun” pada kalimat “RAMADHOONI” dalam niat di atas supaya dibaca kasroh (“NI” bukan “NA”) karena di-idhofah-kan (disandarkan) pada kalimat sesudahnya yaitu haadzihis-sanati yang sebagai mudhaf ilaihnya.

c. Memang kalimat “Ramadhan” itu termasuk isim ghairil-munsharif (kata benda yang fathah akhirnya. Tetapi isim ghairil-munsharif (di sini kalimat Ramadhana), lihat keterangannya dalam kitab Kasyifatis Saja syarh Safinatin Naja hal. 117, dan Nadham Alfiyah bin Malik bait ke 43.

وجر بالفتحة مالا ينصرف * مالم يضف أو يك بعد أل ردف

Ketika di-idhafah-kan dengan kalimat sesudahnya maka dihukumi sebagai isim munsharif dan huruf akhirnya menggunakan tanda “kasrah”. Uraian selengkapnya bisa dilihat dalam kitab-kitab yang menjelaskan kaidah nahwu.

d. Bacaan “Ramadhana” yang kurang tepat dalam niat puasa Ramadhan seperti itu telah berlaku di mana-mana, di masjid, musholla, dalam buku-buku agama termasuk buku “IMTAQ”, buku pelajaran, tayangan televisi, suara radio, di dunia maya (website), dan sebagainya. Seolah-olah menjadi “salah-kaprah”. Namun kelihatannya jarang sekali yang mempedulikannya.

e. Sebenarnya kesalahan harakat/bacaan tersebut tidak mempengaruhi shahnya niat.

Artinya sekalipun dibaca “Ramadhana” niatnya tetap shah selama hatinya “ber- tujuan besuk akan berpuasa Ramadhan”. Akan tetapi kalau tulisan atau bacaan yang salah itu dibaca/didengar oleh orang yang mengetahui kesalahan tersebut rasanya janggal dan ujung-ujungnya yang disalahkan adalah orang-orang yang berperan dalam pembinaan ummat islam, yaitu para pemimpin agama, kyai, imam masjid/musholla, ustadz, guru ngaji, guru agama, para da’i/da’iyah, petugas penyuluh agama, pimpinan jam’iyah, dan sebagainya. Ini baru tuntutan di dunia. Belum di akhirat nanti.

Baca Juga: Ide Kegiatan Menarik saat Ngabuburit pada Puasa Ramadhan Mulai dari Ikut Pengajian Hingga Bercocok Tanam

Dengan ini hendaknya para pembina ummat Islam dan siapa saja yang mengetaui hal tersebut, berkenan memberikan penjelasan kepada masyarakat muslim yang sekiranya belum memahaminya, karena “niat” adalah termasuk hal yang pokok dalam segala amal perbuatan.

Maaf. Tulisan yang sangat sederhana ini dipersembahkan kepada muslimin- muslimat. Kalau sekiranya bisa dimanfaatkan, maka bagi yang berkenan dipersilakan menyampaikannya atau memperbanyak (meng-copy) dan menyebar-luaskan kepada siapa saja yang sekiranya memerlukan, dengan ikhlas karena Allah SWT.

Semoga kita semua termasuk sabda Nabi Sholallohu ‘Alahi Wa Sallam :

مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ. رواه مسلم عن ابن مسعود

“Barangsiapa menunjukkan suatu kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahalanya orang yang melakukan kebaikan tersebut”. HR. Muslim dari Ibni Mas’ud, dan semoga bermanfaat serta diridhai oleh Allah SWT di dunia sampai di akherat nanti. Amiin.***

Editor: Muhammad Abdul Rosid

Sumber: Zainuddin Tamsir Madiun

Tags

Terkini

Terpopuler