Baca Juga: Mengenal Lebih Dekat: Sholawat Wahidiyah dan Ajaran Wahidiyah
Makna Puisi Sebuah Rintihan
Berjuta Rasa dalam Sejuta Air Mata
Puisi ini dibuka dengan rasa penyesalan yang mendalam, diungkapkan melalui tetes air mata yang tak terhitung jumlahnya. Penulis merintih dengan mendengarkan asma Allah, mengekspresikan kerinduannya kepada Sang Pencipta dan Rasulullah.
Dalam Budak Nafsu dan Dosa
Bait kedua menyampaikan perasaan hina dan malu di hadapan Allah. Penulis merasa seperti budak dari hawa nafsu yang mengekang, dan darahnya telah tercemar oleh dosa. Penggambaran hati yang kelam dan keras seperti batu gua menunjukkan rasa bersalah dan penyesalan yang mendalam.
Rindu yang Terus Menghantui
Penyair menyadari bahwa kebahagiaan hanya akan ditemukan dalam mengingat Allah. Namun, dirinya merasa terjebak dalam penyembahan terhadap hawa nafsu dan merindukan panggilan Allah, meskipun dengan perasaan tidak layak.
Baca Juga: Sholawat Wahidiyah: Pengertian Lillah dalam Ajaran Wahidiyah Kalau Gak Lillah Pastinya!!
Doa yang Penuh Kerendahan Hati
Bait ke-empat merupakan panggilan doa yang penuh kerendahan hati. Penulis bersimpuh di hadapan Allah, mengakui dosa-dosanya, dan merendahkan diri di hadapan Sang Pencipta yang Maha Mengetahui. Doa ini mencerminkan kerinduan untuk selalu sadar akan keesaan Allah.