Makanan dapat menjadi jembatan yang menghubungkan berbagai kelompok etnis dan budaya, sehingga komunikasi massa berperan dalam memupuk pemahaman lintas budaya," kata Prof. Dr. Rudy Harjanto M.Sn. dalam diskusi 'Kuliner dalam Pesona Magis Komunikasi Massa' beberapa waktu lalu.
Identitas lokal membentuk identitas nasional yang lebih besar. Dalam banyak kasus, makanan tradisional yang unik menjadi ciri khas suatu negara dan menjadi alat untuk memperkenalkan budaya mereka kepada dunia.
Sebagai contoh, "Sushi" dari Jepang telah menjadi ikon yang menggambarkan ketepatan dan estetika Je-pang. Dalam hal ini, kuliner tradisional mengambil peran sebagai duta budaya yang mempromosikan identitas nasional kepada masyarakat global.
Kini, di tengah arus globalisasi dan modernisasi, pelestarian kuliner tradisional sangat penting. Banyak tradisi lokal dan bahan-bahan unik terancam punah karena perubahan gaya hidup dan preferensi makanan yang semakin mengglobal.
Masyarakat perlu menyadari pentingnya menjaga dan melestarikan kuliner tradisional sebagai aset berharga yang membentuk identitas lokal dan nasional.
"Komunikasi massa juga memiliki dampak besar dalam mengangkat citra budaya dan pariwisata suatu daerah melalui makanan. Makanan tradisional menjadi daya tarik utama bagi wisatawan yang ingin merasakan kebudayaan lokal.
Berita, video, dan konten online lainnya mempromosikan destinasi kuliner, mendorong pertumbuhan industri pariwisata," papar Prof. Dr Rudy Harjanto Advisory Board for Rectorate LSPR Communication & Business Institute yang juga merupakan Wakil Ketua Dewan Pakar ABPPTSI (Asosiasi Badan Penyelenggara Perguruan Tinggi Swasta Indonesia).
Kuliner tradisional memiliki peran sentral dalam membentuk identitas lokal dan nasional. Tradisi lokal, ba-han-bahan lokal, dan nilai-nilai budaya tertanam dalam setiap hidangan, menciptakan jembatan yang menghubungkan masyarakat dengan akar budaya mereka.