Resesi 2023 Sedang Ramai Diperbincangkan, Apa Itu Resesi dan Apa Penyebabnya?

3 November 2022, 12:23 WIB
Ancaman Resesi 2023, ini cara menghadapinya /Freepik/

INFOSEMARANGRAYA.COM - Belakangan ini, banyak orang membicarakan tentang resesi global yang akan terjadi di tahun 2023 mendatang. Mulai dari para pakar dan para pengamat ekonomi hingga para influencer, beramai-ramai menggaungkan isu ini.

Sebenarnya, apa itu resesi?

Dikutip dari halaman Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), resesi adalah suatu kondisi dimana kegiatan dagang, industri, dan lain sebagainya menjadi lesu dan menurun yang seolah-olah terhenti.

Baca Juga: 2023 Dipercaya Jadi Tahun Gelap Ekonomi Dunia, Ini Dia Beberapa Cara untuk Menghadapi Resesi

Sementara dikutip dari halaman resmi Otoritas Keuangan Indonesia (OJK), resesi adalah suatu kondisi dimana perekonomian suatu negara sedang memburuk.

Resesi ditandai dengan adanya penurunan produk domestik bruto (PDB), meningkatnya pengangguran, serta pertumbuhan ekonomi riil negatif selama dua kuartal berturut-turut.

Sejumlah indikator yang bisa digunakan untuk menentukan apakah suatu negara masuk dalam keadaan resesi ekonomi antara lain, terjadi penurunan pada PDB, merosotnya pendapatan riil, kurangnya jumlah lapangan kerja, penjualan ritel, dan terpuruknya industri manufaktur.

Saat resesi ekonomi terjadi, artinya pertumbuhan ekonomi hanya sampai 0 persen, bahkan minus dalam kondisi terburuknya.

Baca Juga: Apa itu Resesi? Ini Dampak dari Resesi Bagi Ekonomi yang Wajib Diketahui!

Lantas, apa yang menyebabkan resesi terjadi?

1. Inflasi

Inflasi adalah meningkatnya harga secara terus-menerus. Sebenarnya, inflasi tidak sepenuhnya buruk. Namun, inflasi yang berlebihan juga merupakan salah satu penyebab resesi ekonomi terjadi.

2. Deflasi

Kebalikan dari inflasi, deflasi merupakan kondisi saat harga turun dari waktu ke waktu dan yang menyebabkan upah menyusut, kemudian menekan harga.

Ketika individu dan unit bisnis kemudian berhenti mengeluarkan uang, hal ini akan berdampak pada rusaknya ekonomi.

3. Nilai Impor Lebih Besar Dibanding Nilai Ekspor

Negara yang tidak dapat memproduksi kebutuhannya sendiri biasanya memutuskan untuk mengimpor dari negara lain. Sayangnya, nilai impor yang lebih besar dari nilai ekspor dapat berdampak pada perekonomian yaitu defisitnya anggaran negara.

Baca Juga: Intip Spesifikasi dan Harga Samsung Galaxy Z Fold4 November 2022 Terbaru

4. Tingginya Tingkat Pengangguran

Tenaga kerja merupakan salah satu faktor penting dalam penggerak perekonomian. Jika negara tidak mampu menciptakan lapangan kerja berkualitas bagi para tenaga kerja lokal, maka tingkat pengangguran akan meningkat.

5. Gelembung Asset

Salah satu penyebab resesi ekonomi adalah gelembung asset. Banyaknya investor yang panik biasanya akan segera menjual sahamnya yang kemudian memicu resesi ekonomi.

6. Guncangan Ekonomi yang Mendadak

Guncangan ekonomi secara mendadak dapat memicu resesi ekonomi serta berbagai masalah ekonomi yang serius.

Contohnya adalah tumpukan hutang baik individual maupun perusahaan yang semakin lama, biaya pelunasan hutang tersebut akan meningkat ke titik tertinggi sehingga mereka tidak dapat lagi melunasinya.

Baca Juga: Berhasil Kalahkan Salzburg, Ini Kunci AC Milan Lolos ke Babak 16 Besar Liga Champions

7. Produksi dan Konsumsi yang Tidak Seimbang

Keseimbangan konsumsi dan produksi menjadi dasar pertumbuhan ekonomi. Di saat produksi dan konsumsi tidak seimbang, maka terjadilah masalah dalam siklus ekonomi.

Hal ini akan berakibat pada penurunan laba perusahaan sehingga berpengaruh pada lemahnya pasar modal.

8. Merosotnya Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator utama yang digunakan dalam menentukan baik tidaknya kondisi ekonomi suatu negara.

Jika pertumbuhan ekonomi mengalami kenaikan maka negara tersebut masih dalam kondisi ekonomi yang kuat.

Begitu pula sebaliknya, jika PDB mengalami penurunan maka pertumbuhan ekonomi negara yang bersangkutan mengalami resesi.

9. Perkembangan Teknologi

Berkembangnya teknologi juga menyumbang faktor terjadinya resesi ekonomi. Saat ini, beberapa ekonom khawatir bahwa artificial intelligence (AI) dan robot akan menyebabkan resesi ekonomi, lantaran banyak pekerja kehilangan mata pencahariannya.***

*penulis: Kamila

Editor: Alfio Santos

Sumber: OJK KBBI

Tags

Terkini

Terpopuler