'Sebuah Rintihan' ala Wahidiyah Memohon Ampunan dan Petunjuk Kembali kepada Allah

- 17 Januari 2024, 14:00 WIB
'Sebuah Rintihan' ala Wahidiyah Memohon Ampunan dan Petunjuk Kembali kepada Allah
'Sebuah Rintihan' ala Wahidiyah Memohon Ampunan dan Petunjuk Kembali kepada Allah /freepik/

INFO SEMARANG RAYA - Puisi memiliki keajaiban untuk menggambarkan perasaan yang teramat dalam, seperti yang tercermin dalam "Sebuah Rintihan," ala Pengamal Wahidiyah karya yang memikat hati dari penulis yang berbakat. Mari kita telusuri bait demi bait dalam puisi ini yang penuh rasa penyesalan, kerinduan, dan doa kepada Sang Pencipta.

Puisi Sebuah Rintihan

Untuk kesekian kali
Tak tahan air mata menetes di pipi ini
Ketika ku dengar asma keagungan-Mu
Ya Sayyidii …………..Yaa Rosuulalloh………………..

Terlalu hina daku dihadapanmu
Kemana kah harus ku sembunyikan mukaku
Yang telah menjadi budak imperialis nafsu
Darahku telah bercampur dengan titik noda dan dosa Hatiku kelam, hitam mengarang bara
Keras, lebih keras dari batu gua

Baca Juga: Puisi Ada Luka di Matamu: Berisi Tentang Seseorang yang Menyembunyikan Duka Juga Kesedihan

Aku tahu, tiada kan bahagia bila tiada mengingat-Mu Tapi mengapa aku senantiasa menyembah nafsuku Pantaskah daku memanggil-Mu
Habibi……………..Yaa Qurrataa ‘Ainii………….
Padahal tiada realisasi

Engkau lebih tahu tentang aku
Duhai junjunganku
Daku bersimpuh di pangkuan-Mu dengan dosa – dosa ku Ulurkanlah asta – Mu duhai penolongku
Hingga daku selalu sadar kepada Alloh yang satu

Duhai baginda Nabi pemberi Syafaat Makhluq
Duhai baginda Nabi kekasih Alloh Kepangkuan-Mu, Sholawat dan salam Alloh, semoga di limpahkan
Jalanku buntu, usahaku tak menentu, buat kesejahteraan negeri ku
Cepat,cepat raihlah tanganku, tolonglah aku Yaa Sayyidii.. dan seluruh umat ini
Duhai pemimpin kami, duhai utusan Alloh

Yaa Tuhan kami, Yaa Alloh
Limpahkan lah sholawat dan salam kepada Nabi Muhammad Pemberi syafa’at ummat dan kepada keluarga Beliau
Dan jadikanlah ummat manusia, cepat - cepat lari
Lari kembali mengabdikan diri dan sadar Robbil ‘Alamiin

Ya Tuhan kami, ampuni dosa-dosa kami
Permudahlah urusan kami
Bukalah hati dan jalan kami, tunjukilah kami
Akrabkan dan pereratlah persaudaraan dan persatuan diantara kami
Yaa Tuhan kami
Fafirruu Ilalloh…3x
Wahai manusia, segeralah sadar kembali kepada Alloh Yang Maha Esa.

Baca Juga: Mengenal Lebih Dekat: Sholawat Wahidiyah dan Ajaran Wahidiyah

Makna Puisi Sebuah Rintihan

Berjuta Rasa dalam Sejuta Air Mata

Puisi ini dibuka dengan rasa penyesalan yang mendalam, diungkapkan melalui tetes air mata yang tak terhitung jumlahnya. Penulis merintih dengan mendengarkan asma Allah, mengekspresikan kerinduannya kepada Sang Pencipta dan Rasulullah.

Dalam Budak Nafsu dan Dosa

Bait kedua menyampaikan perasaan hina dan malu di hadapan Allah. Penulis merasa seperti budak dari hawa nafsu yang mengekang, dan darahnya telah tercemar oleh dosa. Penggambaran hati yang kelam dan keras seperti batu gua menunjukkan rasa bersalah dan penyesalan yang mendalam.

Rindu yang Terus Menghantui

Penyair menyadari bahwa kebahagiaan hanya akan ditemukan dalam mengingat Allah. Namun, dirinya merasa terjebak dalam penyembahan terhadap hawa nafsu dan merindukan panggilan Allah, meskipun dengan perasaan tidak layak.

Baca Juga: Sholawat Wahidiyah: Pengertian Lillah dalam Ajaran Wahidiyah Kalau Gak Lillah Pastinya!!

Doa yang Penuh Kerendahan Hati

Bait ke-empat merupakan panggilan doa yang penuh kerendahan hati. Penulis bersimpuh di hadapan Allah, mengakui dosa-dosanya, dan merendahkan diri di hadapan Sang Pencipta yang Maha Mengetahui. Doa ini mencerminkan kerinduan untuk selalu sadar akan keesaan Allah.

Syafaat Rasulullah sebagai Pemimpin dan Utusan Allah

Penyair merintih pada Rasulullah sebagai pemimpin dan utusan Allah yang diberi wewenang memberikan syafaat. Doa untuk sholawat dan salam diharapkan untuk memberikan keberkahan dan rahmat dari Allah.

Doa untuk Kesejahteraan Umat dan Kesadaran

Penyair menghadap kepada Rasulullah dan berdoa untuk petunjuk dalam mengatasi kesulitan dan ketidakpastian. Doa juga untuk keberhasilan dan keselamatan umat manusia.

Doa Kesadaran dan Taubat kepada Allah

Puisi ditutup dengan doa kepada Allah untuk ampunan, kemudahan, petunjuk, dan persatuan umat. Pengulangan "Fafirruu Ilalloh" menggambarkan suatu upaya untuk lari atau kembali kepada Allah dalam taubat.

Panggilan untuk Kesadaran Umat

Penyair menutup puisi dengan panggilan kepada seluruh umat manusia untuk segera sadar dan kembali kepada Allah.

Puisi Sebuah Rintihan ini adalah puisi yang penuh dengan kerinduan, penyesalan, dan doa. Setiap bait mencerminkan keinginan penyair untuk memperoleh ampunan dan petunjuk dari Allah, serta syafaat dari Rasulullah. Puisi ini tidak hanya mengungkapkan perasaan individu, tetapi juga mengajak umat untuk sadar dan bertaubat kepada Allah.***

Editor: Muhammad Abdul Rosid


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x