INFO SEMARANG RAYA - Dalam keheningan malam, terpampang puisi yang menggugah hati dan jiwa, "Rindu Rosululloh" karya yang penuh ketulusan ala Wahidiyah. Puisi ini adalah sebuah panggilan jiwa yang merindukan kehadiran dan petunjuk dari Nabi Muhammad SAW. Mari kita temukan makna dan keindahan dalam setiap barisnya.
Puisi Rindu Rosululloh
Salam cinta bagimu ya rosul,,,,,,,salam rindu kami,,,,,,
Salam segala salam dari kami, hamba yang selalu haus, untuk mengenal engkau ya rosulalallah,,,,
Salam ter indah dari kami yang merindukan kesadaran sebagai sendi dan nafas dalam setyap langkah perjuangan,,,,
Salam tertinggi bagimu dari kami, yang dalam setyap lelap kami rindu ber mimpi berjumpa dengan mu, ya habiballah,,,,,
Baca Juga: Puisi Ada Luka di Matamu: Berisi Tentang Seseorang yang Menyembunyikan Duka Juga Kesedihan
Duhai baginda yang mulia, disini kami gelisah.
dimana-mana para sesama saling bertengkar
setyap saat, kami saling mendebat berebut benar, saling menyalahkan, enggan memaafkan, menutup diri dari fakta dan kebenaran.
Duhai kekasih allah,,,,kami rindu pada nasihat dan senyum mu, yang arif nan lembut menyejuk kan.
Ya sayyidi yarosulallah,,,,,
Belum juga tercetak kah ahklak mu kepada kami,
Belum juga tercetak kah sunah mu kepada kami, padahal, kami mengaku umat pembaca solawat.
Ya rosuuulll,,,,,,
Semakin banyak abu jahal dan abu lahap menitis dalam diri, menebarkan kersakan, kenistaan dan kemaksiyatan,
Meniupkan fitnah, menaburkan jejak- jejak yang engkau tinggalkan ya rosulallah,,,,,,
Duhai habiballah,,,,,
Bagaimana kami memerangi kecongkaan dan kebodohan yang menggelombang dalam diri ini
Bagaiamana kami menghadapi diri yang suka menghakimi, setyap berkelahi, melawana kawan kami sendiri
Duhai kanjeng nabi,,,,,jangalah engkau tinggalkan kami
Ya sayyidii,,,,yarosulallaahhh.
Ya rosulallah,,,,
Kami rindu kelembutan yang merangkul, tapi kami masih suka bersikap kasar dan memukul
Kami rindu kasih sayang yang menebarkan rohmat, tapi justru kebencian kami menebar laknat
Kami rindu dakwah yang mengajak, tapi kami masih suka menghardik dan membentak
Kami rindu sunah yang kona’ah, tapi kami masih suka gaya hidup yang riya’ dan sum’ah
Sholawat dan salam bagimu ya rosull,,,,,
Engkau mengajarkan kamii ber amar ma’ruf nahi mungkar, menegur dengan cara yang ma’ruf, dan tidak dengan cara yang mungkar
Menasehati dengan cara yang baik, dan tidak dengan nafsu yang menjatuhkan ya rosulallah,,,
Engkau di turunkan di antara kami, sangat kasih dan sayang kepada kami
Sangat berat hatimu memikirkan kami, bahkan saat semua nabi dan rosul sebelum mu meggunakan hak nya kepada allah,,,,,untuk mengabulkan satu do’a yang tiada tertolak
Engkau lebih memilih menyimpan nya untuk kami di padang ma;syar kelak.
Kami rinddu,,,kami rindu padamu ya rosul,,,
Ya rosulallah,,,,,
Tiada lelah kami menyakitimu, dengan meremehkan sunah-sunahmu
Tiada jengah kami menorehkan luka di hatimu dengan kemunafikan dan kemungkaran kami
Padahal engkau tebus kebodohan kami dengan darah, air mata dan penderitaan mu.
Engkau panggil-panggil kami dengan sisa-sisa tenaga yang engkau punya.
Saat engkau melepas nafas untuk terahir kali
Ummatiiiii,,,,,ummatiii,,,,ummatiiii,,,,
Tiada terdengar suara panggilan mu ya rosulll, karena telinga kami telah tuli oleh tumpukan kedholiman kami
Tiada terlihat uluran tangan penuh cintamu ya rosul, karena mata kami telah buta oleh dosa dan kemaksiatan kami
Tiada tergerak, hati kami untuk menyambut dan memenuhi seruan mu, karena tangan dan kaki kami terbelenggu oleh imperialis nafsu
Masih pantaskah? Masih pantaskan kami menyebut diri sebagai umat mu,,,,,
Ya sayyidiii ya rosulallahh,,,,,
Mohonkan kami ampunan kepada allah
Syafaatilah kami di yaumul ahir
Hingga Allah memberikan rohmat nya kepada kami
Makan Pusi Rindu Rosululloh
Rindu yang Terpancar dari Puisi
Puisi ini dibuka dengan salam cinta dan rindu yang tulus kepada Rasulullah. Kata-kata ini membawa kita ke dalam atmosfer kehangatan dan kecintaan terhadap Nabi, sebagai sumber inspirasi dan kebijaksanaan.
Gelisah di Dalam Keheningan
Baris berikutnya membawa kita ke dalam ketidakpastian dan kegelisahan di tengah konflik dan ketidaksetujuan sesama manusia. Gelisah ini disampaikan sebagai keluhan kepada sang kekasih Allah, Rasulullah, yang diharapkan dapat memberikan petunjuk dan nasihat.
Hijaunya Pemikiran dan Akhlak Rasul
Puisi ini menyoroti kegelapan hati manusia yang masih jauh dari pemikiran dan akhlak Rasulullah. Meskipun mengaku sebagai pembaca salawat, keberadaan abu jahal (kebodohan) dan abu lahap (keingkaran) masih meracuni batin mereka.
Lembutnya Petunjuk Rasul
Puisi ini merayu agar Rasulullah tidak meninggalkan mereka dalam perjuangan menghadapi kejahilan dan kebenaran. Rasulullah diharapkan tetap memberikan petunjuk dan bimbingan.
Rindu pada Kebijaksanaan Rasul
Baris ini mengungkapkan kegelisahan dan rindu akan kebijaksanaan Rasulullah. Meskipun rindu, manusia masih terjebak dalam perilaku kasar, penuh kebencian, dan jauh dari ajaran dakwah serta sunah.
Doa pada Kesadaran dan Syafaat Rasul:
Puisi ditutup dengan shalawat dan salam kepada Rasulullah. Puisi mengingatkan bahwa Rasulullah mengajarkan untuk mendorong kebaikan dan mencegah kemungkaran dengan cara yang baik dan penuh kasih sayang.
Puisi "Rindu Rosululloh" oleh Mz. Attar Kedunglo Kediri adalah ungkapan rindu, penyesalan, dan doa bagi umat Islam untuk lebih mendekati ajaran Rasulullah. Melalui setiap baitnya, puisi ini mengajak pembaca untuk merenung dan berusaha meningkatkan kesadaran dan kebaikan dalam kehidupan sehari-hari.***