Efek Psikologis Mahasiswa Tanpa Skripsi

- 4 September 2023, 07:18 WIB
Efek Psikologis Mahasiswa Tanpa Skripsi
Efek Psikologis Mahasiswa Tanpa Skripsi /hasca/pixabay

INFO SEMARANG RAYA – Yang merasa lega karena nggak bikin skripsi, kayaknya ada deh. Tapi nggak semua sebab ada yang sudah terlanjur ngerjain hingga tengah jalan, harus dibatalkan. Mudah-mudahan aja ada kebijakan khusus buat yang sudah setengah jalan. Di tulisan ini saya akan mengulas tentang skripsi, khususnya buat yang akhirnya kena peraturan itu. Dari hasil obrolan saya di 3 kampus besar di Kota Semarang, sebenarnya mahasiswa masih suka kalau ada skripsi.

“Ada tantangannya”, kata Sherly yang ketemu di sebuah kafe kawasan Semarang Timur. Sherly yang semester depan sudah mengagendakan penyusunan skripsi, terpaksa harus balik kanan. Ia yang asli Yogya ini memgaku ada efek psikologis terhadap dirinya. Reaksi Sherly memang nggak bisa mewakili seluruh mahasiswa. Bergantung ke orang dan situasinya. Dari cerita Sherly, saya bisa menangkap beberapa efek psikologis itu, misalnya rasa senang. Efek ini berlaku buat kalian yang plong, hepi, senang, dan serasa terbebas dari tekanan. Ada lho dari kalian yang akhirnya stres pas bikin skripsi. Jadi sering uring-uringan, rambut mulai beruban, dan nggak nafsu makan. Gara-gara pemerintah memberlakukan aturan baru ini, kalian pun sekarang jadi lebih santai dan stresnya berkurang.

Kemudian ada efek psikologi semacam rasa rendah diri atau minder. Yang tadinya mau bikin skripsi tapi nggak jadi, bisa merasa rendah diri atau merasa dirinya gagal. Perasaan ini bisa mengganggu kepercayaan diri dan bikin kalian ragu sama kemampuan akademik diri sendiri. Jangan-jangan, ketika aku lulus nanti ada meragukan kemampuanku meskipun itu aturannya. Efek psikologis seperti adanya rasa bersalah juga bisa saja muncul. Buat kalian yang nggak bikin skripsi juga bisa merasa bersalah karena merasa dirinya nggak memenuhi persyaratan akademik dari program studinya atau harapan dari orang tua. Ada kalanya orang tua merasa bangga kalau anaknya bisa menyelesaikan skripsi.

Selanjutnya adalah ketidakpastian soal karir. Kalian yang merasa bahwa skripsi adalah segalanya, skripsi adalah jalan buat dapetin kerja, dengan adanya peraturan ini mulailah membiasakan diri. Skripsi bukan alat pencari kerja. Skripsi hanyalah bukti. Yang bisa dapetin kerjaan adalah keterampilan kalian. Jadi, kalian nggak usah loyo gara-gara urusan ini. Santuy aja skuy... Yang lebih aneh lagi kalau kalian merasa akan ada penyesalan di masa depan. Efek psikologis ini tentu keliru, nggak bener ini. Kalau ada yang merasa bersalah dan punya dampak masa depan, pasti semua teman seangkatan dan adik kelas kalian juga mengalami hal serupa. Tapi nyatanya kan nggak gitu. So, mulailah kembangkan keterampilan yang kira-kira kalian mampu melakukannya. Itu modal besar buat masa depan kalian. ***

 

Editor: Hascaryo Pramudibyanto

Sumber: hasca


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x