Cara Kawan Kita yang Introvert dalam Melawan ‘Politik’ di Arena Tetangga dan Tempat Kerja

- 30 Agustus 2023, 13:26 WIB
Kaum introverti tak seburuk yang disangka
Kaum introverti tak seburuk yang disangka /hasca/pixabay

INFO SEMARANG RAYA – Aliran darah seseorang yang punya karakter introvert berjalan dari korteks depan, yang saat itu otak berperan dalam memori, merencanakan, membantu memecahkan masalah, dan menelitian sesuatu yang kompleks. Ketika kawan kita yang introvert sedang diam, ia saat itu malah sedang mendengarkan pikiran-pikirannya sendiri. Ia akan menolak gangguan dari luar dirinya.

Myers-Briggs Type Indicatorn pernah melakukan sebuah uji kepribadian yang dalam temuannya,  ia mengembangkan satu simpulan aneh bahwa: semua orang punya sisi introver ataupun ekstrover. Tapi hanya satu saja yang akan mendominasi. Jika kawan kita ekstrover, maka yang berkembang dalam lingkungan otaknya adalah sesuatu yang riweuh, berisik, dan serbacepat. Di saat situasi seperti ini, yang introver akan menarik energi dari dalam diri mereka, berusaha menemukan hiburan dari dunianya sendiri, merasa bebas ketika ia merefleksikan diri dan mengeksplorasi ide-idenya.

Yang introvert tidak merasa terbebani oleh hal-hal yang sebegitu merepotkan. Ia hanyut dalam ketenangan dan justru peluangnya dalam berinovasi menganga lebar. Adalah Jennifer Kahnweiler, si penulis The Introverted Leader, yang menilai kawan introvert kita seringkali merasa menderita di tempat kerja. Si introvert tersiksa sebab ia merasa terpaksa harus menyampaikan gagasannya di saat diskusi atau curah pendapat. Batinnya sangat tertekan dan tercabik.

Namun demikian, si introvert  jika terpaksa ia bicara dan urun rembug di situ, ia tak mau jika dianggap berkontribusi. Ia akan menganggp dirinya tak melakukan apapun, atau malah menilai dirinya sebagai pengganggu saja. Kawan introvert kita sangat menolak adanya kompetisi untuk menunjukkan eksistensi dirinya. Kesempatan dan kemerdekaan untuk bicara dan berkarya tiak akan dimanfaatkan dengan baik demi menjaga ‘reputasinya’, yaitu reputasi orang tertutup. Gambaran yang sesederhana itu saja ia menghindari, apalagi jika ia harus berpolitik di tempat kerja.

Ia tak bakal bersedia jika dimintai pendapat tentang peluang karir dan jabatan sebab itu adalah politik. Dalam benaknya, politik kerja adalah politik yang isinya tidak jujur, tidak fair, dan sangat subjektif. Ada kecenderungan untuk merugikan orang lain jika ia salah menilai atau bersikap. Untuk itu, ia tak suka pada gerombolan politik kantor yang berisi pemain konyol, para ambisius yang haus jabatan.***

 

Editor: Hascaryo Pramudibyanto

Sumber: hasca


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x