INFO SEMARANG RAYA - Kamu yang dilanda perih tak terlihat, dalam ungkapan puisi patah hati ini akan diabadikan muara rasa yang tidak dapat terucap dari bibirmu.
Ketika puisi patah hati ini ditulis, nampaknya langit pun tengah mendung mendengar berita duka cita tentang muara rasa yang berakhir jauh dari indah.
Hanya saja tentang puisi patah hati ini sebagai hiburan paling baik mengutarakan isi kepala menuju bumi, tetapi ada lagi yang paling baik memuntahkan semua isi hati menuju arsy.
Esok hari atau lusa pasti akan lebih baik, untuk kamu yang ingin membaca puisi patah hati ini dengan judul “E” dan “Suara Sepi” karya penulis dengan nama penanya ‘Ai”, semoga muara rasa dari sudut pandang baiknya Allah segera kamu temukan. Aamiin…
Berkumpullah Dalam Muara Rasa, Dua Puisi Patah Hati dan Kamu Tidak Sendiri Merayakan Duka Cita yang Pelik
Puisi patah Kamu yang dilanda perih tak terlihat, dalam ungkapan puisi patah hati ini akan diabadikan muara rasa yang tidak dapat terucap dari bibirmu.
Ketika puisi patah hati ini ditulis, nampaknya langit pun tengah mendung mendengar berita duka cita tentang muara rasa yang berakhir jauh dari indah.
Hanya saja tentang puisi patah hati ini sebagai hiburan paling baik mengutarakan isi kepala menuju bumi, tetapi ada lagi yang paling baik memuntahkan semua isi hati menuju arsy.
Esok hari atau lusa pasti akan lebih baik, untuk kamu yang ingin membaca puisi patah hati ini dengan judul “E” dan “Suara Sepi” karya penulis dengan nama penanya ‘Ai”, semoga muara rasa dari sudut pandang baiknya Allah segera kamu temukan. Aamiin…
Kamu tidak sendiri, berkumpullah pembaca puisi patah hati dalam muara rasa yang saat ini tengah sama.
Mana rasa yang salur dalam hilir di pikiran
Ronta dalam amarah yang menimbulkan tawa di biliknya
Dia malu-malu dalam tatapnya
Bisu itu ditatap telinga dengan pasat
Adakah kutukan di otak yang jadi sisa
Mana rasa yang hilang dalam hilir mudik ungkapan
Ronta dalam parau yang tak biasa hanyut dari pikiran
Dia diam. Diam dalam langkahnya
Bising itu diacuhkan mata, dia tutup tiada nyawa
Adakah panggang di bawah hujan bersisa
Mana cinta yang sudah saya upayakan
Ronta hanyut dalam buaian pilihan
Saya diam-diam mundur kosong dari dinding
Bising dan bisu tiba-tiba nyaring
Adakah sisa rasa yang saya tinggal
Dalam bilik-bilik
Dalam pilihan pikiran
Dalam dinding dan nyawanya
Dalam tinggal yang dia tinggalkan
Suara Sepi
Seusai suara itu pergi, kepalaku mulai sepi
Ku teguk telinga-telinga yang menyentuh nyanyian itu
Haus, ternyata semua isi bejana adalah air laut
Ombaknya pun menabrakkan diri pada kepala batu
Suara itu serupa hati
Diiris tipis dengan samar berdesis
Haus itu serupa puing
Dimakan rayap, hilang pun lenyap
Usai beberapa tahun berlalu, bisa jadi suaranya lebih sayu
Suara yang serupa jantung berdebar
Biar jantung itu saya seduh dengan secangkir robusta
Ditemani semilir angin yang diam
Suara itu…
Ungkapan paling naif dalam kehidupan
Ungkapan paling mengerikan dalam sajak kebahagiaan
Kemana lagi suara debur ombak yang menabrak karang
Kemana lagi telingaku mendengarkan
Seusai suara itu pergi, kepalaku berdenyut tanpa nadi
Ku teguk setetes nila kemarin
Lewat kisi-kisi aku menutup mata ini
Baca Juga: Puisi Kenangan Tentang Sekolah: Berisi Kerinduan Seseorang Akan Masa-Masa Sekolah yang Tak Terulang
Dua puisi patah hati yang menggambarkan kepergian dan rasa hati terabaikan, muara rasa sudah ditebak. Sedangkan mana rasa yang sebenarnya harus kita ilham-kan dalam pikiran, masih jadi pertanyaan.***