Network
Lulus dari McGill pada tahun 1887, Naismith kemudian tertarik untuk bergabung dengan YMCA. Yayasan itu kebetulan memang sedang mengembangkan program pelatihan fisik untuk melengkapi minat dalam studi Alkitab, pendidikan dan kesejahteraan sosial.
Baca Juga: Berikut Profil Elkan Baggot: Pemain Keturunan Inggris yang Cetak Gol Perdana untuk Timnas Indonesia
Pada tahun 1890 Naismith kemudian diterima sebagai pelatih di sekolah tersebut. Dia fokus mengajar tinju, gulat, renang, dan kano.
Pada tengah semester, kampus itu menghadapi masalah dengan sekelompok pria yang sedang mempersiapkan diri menjadi administrator YMCA. Untuk bisa lolos, mereka wajib mengambil kelas olahraga selama satu jam setiap harinya.
Dari situlah kepala departemen YMCA kemudian menunjuk Naismith untuk mengatasi masalah tersebut.
Baca Juga: Jadwal Semifinal Piala AFF 2020, Indonesia Diprediksi Akan Menjadi Juara! Karena Ini
Naismith kemudian merancang permainan bola dalam ruangan. Karena dia memikirkan bahwa tidak mungkin ada tekel menekel dalam ruangan layaknya sepak bola. Lantas, ia membuat alternatif dengan memainkanya dengan cara dioper.
Sistem penilaian mengacu pada permainan duck on the rock. Dimana pemain terbaik dalam permainan ini adalah orang yang melempar batu dan mengenai batu yang berada di di atas batu besar yang menjadi sasaran.
Tepat pada hari ini, lebih dari seabad lalu, Naismith kemudian mendapat ide tentang gol horizontal. Ia memasang kotak keranjang buah persik yang diletakan di kedua ujung lapangan, mirip ring basket seperti sekarang ini. Poin akan dihitung setiap kali bola berhasil masuk ke keranjang itu.
Disaat itulah permainan bola basket terlahir dan masalah yang dihadapi kampus dapat terselesaikan.
